Kamis, 28 Mei 2015

LAPORAN AKHIR MIKROBIOLOGI



LAPORAN TETAP
MIKROBIOLOGI

image-1.jpg















Disusun Oleh :
FENTI WULANDARI
C1M013060
AGROEKOTEKNOLOGI



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012


ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM
Tujuan praktikum:
           Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi.
2.      Untuk mengetahui fungsi serta cara penggunaan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini.





                                               











LANDASAN TEORI

 Mikroskop cahaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya. Tergolong ke dalamnya mikroskop medan terang, medan gelap, kontras fase, pendar fluor. Di pihak lain mikroskop electron menggunakan electron untuk iluminasinya. Ada dua macam mikroskop electron yaitu tipe transmisi dan tipe pagar. Sebuah mikroskopyang baik dengan perlengkapan optic medan terang merupakan alat paling dasar bagi seorang mikrobiologiwan. Seperti tercermin dari namanya, mikroskop medan terang adalah suatu bentuk mikroskop dengan medan yang mengelilingi specimen kelihatan terang (berwarna cerah), sedangkan spesimennya memperlihatkan warna lebih gelap. Hal ini disebabkan karena cahaya dari sumbernya lewat melalui system-sistem lensa ke atas tanpa mengalami perubahan sehingga terbentuklah medan yang terang (Hadioetomo, 1990).

Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan dalam autoklaf, karena barang-barang tersebut akan tetap basah setelah sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan ke dalam oven kering selama 2-3 jam pada temperature 1600C - 1700C, hal ini bergantung pada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven. Alat-alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering (Schlegel, 1994).

Di dalam pelajaran mikrobiologi sering kali kita perlu memindahkan biakan kaldu cair dalam jumlah tertentu. Pemindahan semacam itu dilakukan dengan menggunakan pipet serologis. Perbedaan anra pipet serologis dengan pipet volumetric yang biasa digunakan dalam kimia kuantitatif ialah bahwa pipet serologis mempunyai sekala bergaris sehingga kita dapat memindahkan berbagai jumlah (Yohannes, 1979).

Kita semua dapat memaklumi, andai kata medium dan alat-alat yang kita pergunakan dalam praktikum tidak steril, niscaya kita tidak akan memperoleh hasil yang kita inginkan. Maka langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita mengadakan praktikum ialah mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat perlengkapannya. Umumnya peralatan gelas yang dipakai adalah gelas dengan merk Pyrex atau gelas-gelas yang terbuat dari boro-silikat atau setidak-tidaknya botol-botol yang tidak pecah jika disterilisasi dengan autoklaf. Autoklaf biasanya digunakan untuk sterilisasi alat-alat seperti pipet, skapel, gunting, pinset, cawan petri, botol dan lain sebagainya (Suryowinoto,1996).

Salah satu cara untuk mensterilkan medium adalah dengan menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf selama 15 hingga 20 menit, hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikian rupa, sehingga pada suhu 1210 tekanan ada sebesar 15 lbs (pounds) per inchi persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2 . Penghitungan waktu 15 hingga 20 menit itu dimulai semenjak thermometer pada autoklaf menunjuk 1210C. autoklf tidak boleh dibuka tiba-tiba. Jika demikian, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap kemana-mana. Sebaiknya kita menunggu hungga manometer menunjukkan 0. barulah autoklaf dibuka (Dwidjoseputro,1985).


















LANGKAH KERJA


1.      Didengar penjelasan yang diberikan oleh dosrn ketika penjelasan alat-alat yang akan digunakan praktikum mikrobiologi.
2.      Alat-alat yang ada dan dijelaskan kemudian diamati dan dicatat.






























HASIL PENGAMATAN
No
Nama Alat
Gambar Alat
1
Mikroskop Cahaya
2
Gelas Benda

3
Gelas Penutup

4
Jarum Preparat
5
Jarum Enten

6
Ose (loop)

7
Pipet

8
Cawan Petri
9
Erlenmeyer

10
Inkubator

11
Water Bath

12
Autoklap
13
Lampu Bunsen



                                                PEMBAHASAN

                  Pada praktikum mikrobiolagi, diperlukan berbagai macam alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan praktikum. Tanpa salah satu alat tersebut, maka kegiatan praktikum tidak akan dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengenal lebih jauh tentang alat tersebut dan demi kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan praktikum selanjutnya, maka pengenalan alat-alat praktikum diletakkan sebagai acara pertama dalam kegiatan praktikum mikrobiologi umum, dengan maksud agar para praktikan lebih jauh mengenal alat-alat praktikum yang digunakan. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi antara lain:
A.    Mikroskop adalah sebuah alat yang di gunakan untuk memperbesar bayangan sebuah benda, terutama benda-benda yang sulit dilihat dengan mata telanjang.

Adapun bagian-bagian mikroskop:
1.      Lensa Okuler yaitu lensa yang paling dekat dengan mata
2.      Lensa Objektif yaitu lensa yang berada dekat dengan benda  yang akan diamati.
3.      Meja Benda merupakan tempat untuk meletakkan preparat.
4.      Tubus (tabung mikroskop) fungsinya untuk mengatur fokus dan menghubungkan lensa obyektif dengan lensa okuler.
5.      Sekrup Pengatur Tubus (kasar) berfungsi untuk mengatur lensa obyektif  ke posisi paling dekat dengan obyek.
6.      Sekrup Pengatur Tubus (halus) berfungsi untuk memepertajam bayangan obyek dengan cara memutar sekrup ke depan atau ke belakang.
7.      Revolver mengatur perbesaran lensa obyektif dengan cara memutarnya.
8.      Kondensor berfungsi untuk mengumpilkan cahaya yang masuk, alat ini dapat di putar dan dinaik turunkan.
9.       Lengan Mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.
10.  Penjepit Kaca berfungsi untuk menjepit gelas benda agar tidak mudah bergeser.
11.  Kaki Mikroskop berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop

B.     Gelas Benda, merupakan salah satu kelengkapan dalam kegiatan praktikum fungsinya untuk                                                                                               meletakkan preparat.
C.     Gelas Penutup, digunakan untuk menutup obyek yang diletakkan di atas gelas benda untuk menghindari kontak langsung antara lensa obyektif mikroskop dengan obyek yang diamati.
D.    Jarum Preparat, digunakan untuk menipiskan dan melepaskan gumpalan-umpalan obyek di atas gelas benda, terutama obyek yang berupa potongan media yang mengandung miselium jamur sebelum ditutup dengan gelas penutup.
E.     Jarum Enten, digunakan untuk mengambil biakan dalam jumlah kecil (kira-kira berukuran 1mm x 1mm) dari dalam tabung buakan atau dari cawan petri.
F.       Ose (Loop), digunakan untuk mengambil biakan yang berupa suspensi, untuk diletakkan diatas gelas benda.
G.    Pipet (pipet tetes), digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah kecil tanpa harus mengetahui                  jumlahnya yang pasti.
H.    Cawan Petri (Petri dish), adalah sepasang cawan gelas yang salah satunya berukuran lebih kecil dari yang lain, sehingga jika ditangkupkan, bagian yang lebih besar menjadi penutup bagian yang lebih kecil. Alat ini terbuat dari bahan gelas atau palstik.
I.       Erlenmeyer, digunakan sebagai wadah bahan yang berupa larutan. Dengan alat ini bahan dapat dikocok, dipanaskan dengan lebih aman karena diameter mulutnya yang jauh lebih kecil daripada diameter dasarnya.
J.       Incubator adalah sebuah ruangan tertutup berbentuk seperti lemari es dan suhunya dapat diatur
K.    Penangas air (water bath) adalah alat pemanas air yang suhunya dapat diatur biasanya berkisar antara suhu kamar sampai dengan 1200C. alat ini dugunakan untuk mempertahankan suhu media agar tidak membeku sebelum dituang ke dalam cawan Petri.
L.     Autoklaf adalah alat yang digunakan ntuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan tinggi

M.   Lampu Bunsen berfungsi untuk memanaskan jarum yang akan digunakan untuk mengambil biakan agar tetap steril.
Selain pengenalan alat-alat tersebut, diperagakan juga bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut agar para praktikan dapat lebih mengenal dan memahami cara kerja alat-alat tersebut sehingga dalam kegiatan praktikum mikrobiologi yang akan dating tidak ada kesalahan-kesalahan kecil maupun kesalahan fatal yang dilakukan praktikan dalam melakukan praktikum.








                                                KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1.      Pada kegiatan praktikum mikrobiologi, diperlukan alat-alat khusus untuk mendukung kelancaran kegiatan praktikum.
2.      Masing-masing alat memiliki kegunaan dan cara kerja yang berbeda.
3.      Untuk menggunakan alat-alat paktikum diperlukan teknik khusus dalam mengerjakannya sehingga diperlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi.






























ACARA II
MORFOLOGI JAMUR BENANG

                                                Tujuan Praktikum :
        Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui morfologi beberapa jamur benang baik secara makroskopis maupun secara mikroskopios dan membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.
































TINJAUAN PUSTAKA
            Adapun klasifikasi jamur yang penting dalam pembicaraan mikrobiologi ialah kelas Mycomycetes, kelas Pycomycetes, kelas Ascomycetes, dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes dan kelas Ascomycetes ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi dalam suatu sel (Dwidjoseputro,1985).

            Sebagian besar eukariota tumbuh sebagai filament tubular yang disebut hifa. Jalinan massa hifa disebut miselium. Hifa adalah senositik, artinya tidak digolongkan menjadi sel-sel tersendiri. Walaupun sekat dijumpai, beberapa tetap berlubang-lubang sehingga sitoplasma dan nucleus banyak didalam hifa bebas mengalir ke seluruh miselium. Dinding hifa diperkuat oleh kitin, suatu polimer dari N-asetil glukosamina pautan diantara gula-gula seperti yang ada pada selulosa dan peptidoglikan dan pembentukan macam kekakuan struktur yang sama seperti halnya polimer-polimer tadi. Fungi tidak mempunyai klorofil dan karena itu heterotrifik. Fungi dikelompokkan menjadi Phycomycetes berdasarkan dua kriterianya yaitu pembentukan spora didalam sporangium dan tidak mempunyai septa (dinding sekat) pada hifa. Tetapi agaknya kedua kategori itu bukan dasar yang memadai untuk menyatakan hubungan kerabatnya (Kimball,1999).
            Jamur dibagi dalam 4 divisi yaitu:
a.   Zygomycetes     :   hifa bersifat koenositik. Spora seksualnya adalah zygospora dan spora aseksualnya adalah sporangiospora. Contohnya Rhizopus sp dan Mucor sp.
b.  Ascomycetes     :   hifa bersifat koenositik. Pembiakan seksual pada yang bersel satu, konjugasi antara 2 gametangia menghasilkan zigot, kemudian membesar menjadi askus. Pembiakan aseksual pada yang bersel banyak dengan konidia (konidiospora), pada yang bersel satu dengan membentuk tunas. Contohnya Penicillium sp.
c.   Basidiomycetes :   hifanya bersekat, pembiakan seksual dengan konidia. Pembiakan aseksual dengan basidiospora. Contohnya Volvariela sp.
d.  Deuteromycetes    :       bentuk seperti khamir atau filament. Hifa seperti Ascomycetes. Tidak mempunyai stadia seksual. Spora aseksual adalah berbagai bentuk konidia. Contohnya Tricosporon sp, Aspergillus sp (Lay, 1994).

            Nama yang diberikan untuk cendawan (fungi) berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani : mykes, Latin : fungus). Fungi termasuk eukariot, dan memiliki sifat-sifat tertentu sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki dinding sel, vakuola berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan juga sifat nyata ketidakmampuannya untuk tidak bergerak. Fungi tidak mengandung pigmen fotosintesis dan bersifat C-heterotrof (khemoorganoheterotrof). Fungi tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organic. Kalau dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan terbagi-bagi dalam daung, batang, dan akar, fungi menunjukkan diferensiasi yang sederhana dan juga hampir tidak ada pembagian kerja. Benda fegetasi fungi adalah talus. Talus terdiri dari benang-benang dengan garis tengah 5 mikron, yang bercabang-cabang beberapa dan juga melanjutkan diri di atas atau ke dalam substrat nutrient. Benang atau hifa ini terdiri dari dinding sel dan sitoplasma dengan benda-benda inklusi. Keseluruhan massa hifa talus fungi disebut miselium. Pada fungi derajat tinggi miselium membentuk utas-utas tali tebal, rizomorf yang berfungsi sebagai pengangkut zat (Schlegel, 1994).

            Jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Contoh jamur yang menguntungkan adalah Rhizopus oligosporus dan Rhizopus stoloniferus yang berperan dalam pembuatan tempe, Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap, Penicillium chrysogenum dan Pencilliun rotatum sebagai penghasil penisilin, Penicillium requeorti dan Penicillium cemmemberti untuk pembuatan keju. Sedangkan contoh jamur yang merugikan adalah Mucor Parasiticus sebagai penyebab penyakit kulit dan Aspergillus fumigatus sebagai penyebab penyakit TBC-semu (Suriawiria, 1993).










                                                CARA KERJA
            Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :
1.  Dibersihkan gelas benda dengan tissue hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diletakkan setetes air suling di bagian tengahnya.
2.  Diambil sedikit miselium dari biakan murni jamur dengan jarum preparat dan diletakkan di atas tetesan air suling. Jika miselium ini terlalu padat, diratakan dengan memisah-misahkan miselium dengan bantuan jarum preparat dan jarum enten.
3.  Ditutup preparat dengan gelas penutup. Harap dijaga, agar pada saat gelas penutup diletakkan tidak terbentuk gelembung udara di bawah gelas penutup.
4.  Diamati dengan mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah. Untuk jamur yang ukuran kecil seperti Mucor sp. Perbesaran dapat di tingkatkan untuk memperjelas kenampakan jamur.
5.  Digambar dan beri keterangan-keterangan lengkap.








HASIL PENGAMATAN

            Trichoderma sp
                                                                                     Keterangan :             
          1.Spora / konidia
         2. Konidia fora
    3. Hifa
    4. Sterismata



          Perbesaran 10 x 40


      Aspergilus sp


                                                                                    Keterangan :
1.
                                                                                    2.
                                    3                                              3.Kondofor



            Perbesaran 10 x 40

      Fusarium sp
                                                                        Keterangan :







Perbesaran 10 x 40


        Mucor sp
                                                                                    Keterangan






      
    
           Perbesaran 10 x 40

    Penicillum sp
                                                                        Keterangan :
                       






Perbesaran 10 x 40




                                                                       


PEMBAHASAN
            Jamur benang merupakan jamur-jamur berbentuk benang multiseluler (bersel banyak). Adapun ciri-cirinya antara lain tidak berklorofil, bersifat eukariotik, hidupnya heterotrof baik secara parasit atau saprofit. Dinding selnya tersusun dari kitin, bentuk tubuhnya bersel banyak dan menyerupai benang yang disebut dengan hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk jaring yang disebut miselium.
            Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai macam jamur yaitu Aspergilus sp, Penicillium sp, Mucor sp, Fusarium sp dan Trichoderma sp.
            Aspergillus sp umumnya terdapat pada kulit buah, keju, dan bagian tumbuhan yang mati. Aspergillus sp membentuk konidia berwarna hijau kebiruan. Konidia terletak dibagian luar ujung hifa yang menggelembung. Perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk badan buah yang berbentuk bulat,kecil dan berwarna kuning. Aspergillus sp banyak digunakan dalam pembuatan makanan tradisiona.
             Penicillium sp memiliki tempat hidup dan sifat yang mirip Aspergillus sp. Akan tetapi berbeda dengan Aspergillus sp, konidia Penicillium sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang. Jamur ini dikenal sebagai jamur penghasil antibiotic yaitu penicillin.
            Mucor sp merupakan kelompok Phycomycetes, hidupnya saprofit pada sisa-sisa makanan yang banyak menandung karbohidrat. Mucor sp berkembang biak dengan 2 cara yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora yang berlainan jenis. Spora-spora yang sejenis itu dihasilkan oleh sporangium yang tumbuh pada ujung hifa. Mul-mula ujung suatu hifa menggelembung, kemudian protoplast yang ada di dalam gelembung itu membelah diri menjadi spora. Jika spora itu telah dewasa maka pecahlah sporangium sehingga spora itu bertebaran kemana-mana. Penyebaran Mucor sp berlangsung sangat cepat karena sporangiospora dibentuk dalam jumlah besar. Pembiakan aseksualnya terjadi dengan pembentukan sporangium dan sporangiospora. Dari miselium yang tumbuh subur, tumbuh poros-poros samping dengan tegak lurus yang membatasi diri dengan melintang dan ujungnya membengkak menyerupai kepala.
           Fusarium sp hidup secara parasit pada batang tebu, padi, pisang, tomat dan kentang. Hifanya bersepta. Pada praktikum kali ini, tidak ditemukan gambaran Fusarium sp secara lengkap, yang terlihat hanyalah konidia (makrokonidia) saja. Hal ini disebabkan karena adanya ketidaktelitian praktikan yang menyebabkan kesalahan pada saat meyiapkan preparat
            Trichoderma sp merupakan salah satu jamur yang menguntungkan yaitu sebagai antagonis terhadap jamur lain yang bersifat patogenik. Trichoderma sp menghasilkan enzim selulosa yang dapat diisolasi dan dimurnikan. Dengan selulosa ini, Trichoderma sp dapat memproduksi protein sel tunggal. Jamur-jamur diatas merupakan bagian kecil dari jumlah jamur yang terdapat di alam.







KESIMPULAN
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1.     Jamur benang merupakan organisme multiseluler (bersel banyak).
2.     Jamur benang memiliki bentuk tubuh yang menyerupai benang dan disebut hifa.
3.     Penicillium sp dan Aspergillus sp memiliki kemiripan dalam hal sifat dan tempat hidup, tetapi konidia panicillium sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang.
4.     Bentuk spora jamur benang dibedakan berdasarkan reproduksi seksual dan reproduksi aseksualnya.



ACARA III
PEMBUATAN MEDIA


Tujuan Praktikum        :

Ada pun Tujuan dari Praktikum ini adalah Untuk mengetahui cara membuat media yang umum digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme, mengetahui jenis dan kegunaan media yang mampu membuat media Potato Dextrose Agar (PDA), Natrium Agar (NA), dan Tauge Cair (TC).





LANDASAN TEORI


Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.selain untuk menumbuhkan mikroba,memperbnayak isolat, pengujian isolat, pengujian sifat-sifat fisiologi dan untuk pertumbuhan jumlah mikroba (Anonim, 1987)
Bila digunakan media cair sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena telah kecil dan tidak tetap tinggal dirtempatnya. Akan tetapi, bila sel-sel tersebut dipisahkan dengan cara pengeceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni,maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang dipisah.isolasi mikroba dapat dilakukan dengan 4 cara  yaitu :goresan,taburan, sebaran dan tusukan (dwijoseputro,1987)
Bentuk tubuh bakteri itu dipengaruhi oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk membandingkan bentuk serta besar kecilnya mikroba itu perlulah diperhatikan bahwa kondisi bakteri itu harus sama penyinaran oleh umber cahaya apapun harus sama dan usia piaraan harus sama. Pada umumnya, bakteri dari piaraan yang masih muda yaitu 6 sampai 12 jam, itu tampak lebih besar daripada berasal dari koloni yang lebih tua (Athur,1991).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan dari satu jenis mikroba dengan mikroba yang lain. Yang berasal dari bermacam-macam campuran mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkandalam media padat karena dalam media padat sel- sel akn membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya (Sutedjo,1991)
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme utuk pertumbuhan sintesis sel, keperluan energy dalam bentuk metabolism dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energy, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat,oksigen,hydrogen, serta unsure-unsur lainnya.dalam bahan dasar medium dapat ditumbuhkan factor pertumbuhan berupa asam amino,vitamin atau nukleutida (Lim,1998).
Pada umumnya semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua bentuk yaitu media cair (Broth media) dan media padat (Solid media). Suatu cara yang mudah dan umum dilakukan untuk membuat media padat adalah dengan cara menambahkan suatu zat pemadat pada medium cair yang kemudian akan memadat bila telah dingin. Zat pemadat yang paling umum digunakan adalah agar, yaitu senyawa yang diperoleh dari ganggang laut dan tersedia dalm betuk kering dan sudah dimurnikan (Pelzar dan chan,1986).


CARA KERJA

A.    Pembuatan medium potato Dextrose Agar (PDA)
Langkah-langkah yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :

1)        Dikupas kentang, kemudian dipoton-potong seperti kubus dengan ukuran kurang lebih 1 cm
2)        Direbus aquades sampai kentang benar-benar empuk
3)        Disaring dengan kain saring bersih
4)        Ditambahkan dextrose sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan hingga larut
5)        Ditambahkan agar sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan hingga agas mencair dan larut.
6)        Larutan yang telah homogeny dituunkan kemudian air yang hilang kemudian ditambahkan sampai vol 200 ml.
7)        Ditutup dengan kapas dan alumunium soil.

B.     Pembuatan media NA
Langkah-langkah yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :

1)        Dipanaskan air 200 ml.
2)        Dimasukkan ekstrak daging sebanyak       gr dan pepton     gr sambil diaduk.
3)        Dimasukkan agasr sedikit demi sedikit.
4)        Diturunkan dan didinginkan sebentar lalu dimasukkan kedalam erlemeyer 200 ml dengan menggunakan corong.
5)        Ditutup dengan menggunakan kapas dan aliminium foil.



C.     Pembuatan media TC (Tauge Cair)
Langkah-langkah yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :
1)      Dipanaskan air 200 ml hingga mendidih.
2)      Dimasukkan tauge dalm gelas kimia yang bersih yang berisi air panas tersebut hingga tauge melunak.
3)      Disaring dengan kain saring bersih.
4)      Ditambahkan sukrosa sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga rata.
5)      Dimassukkan air rebusan tauge pada erlemeyer hingga 100 ml.
6)      Ditutup dengan menggunakan kapas dan alumiunium foil.




HASIL PENGAMATAN

a.       Pembuatan media PDA
Bahan
Warna
Sebelum
Sesudah
Air rebusan kentang
tidak berwarna
Kuning keruh
Dextrose
Kuning keruh
Kuning keruh
Agar
Kuning keruh
Kuning keruh

b.      Pembuatan media NA

Bahan
Warna
Sebelum
Sesudah
Ekstrak daging
tidak berwarna
coklat tea
Dextrose
coklat tea
coklat tea
Agar
coklat tea
coklat tea

c.       Pembuatan media TC

Bahan
Warna
Sebelum
Sesudah
Air rebusan tauge
tidak berwarna
keruh
sukrosa
keruh
keruh








PEMBAHASAN

Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, memperbanyak isolate, pengujian isolate, pengujian sifat-sifat fisiologi dan untuk perhitungan jumlah mikroba. Pada praktikum kali ini dibuat beberapa macam media yaitu PDA ( Potato Dextrose Agar), NA (Natrium Agar), dan TC (Tauge Cair).
PDA termasuk medium semi alamiah karna tersusun atas bahan alami (Kentang), dan bahan sintesis (dextrose dan Agar). PDA merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan jamur.
NA (Natrium Agar), termasuk dalam medium semi alamiah karna tersusun atas bahan alami ( daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). Natrium agar umumnya digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi dari bahan yang digunakan dalam medium NA iantaranya daging sebagai sumber vitamin B. mengandung nitrogen organic dan senyawa karbon. Pepton digunakan sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber nutisi serta agar digunakan untuk memadatkan medium NA. perubahan warna setelah ekstrak daging, pepton dan agr dicampur menjadi berwarna coklat tea.
Medium TC (Tauge Cair), termasuk dalam medium semi alamiah. Media TC digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang hidupnya anaerob terutama bakteri. Media ini digunakan dalam bentuk cair.adapun fungsi dari bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan TC adalah tauge sebagai  bahan sumber vitamin, nitrogen organic dan senyawa karbon,sukrosa sebagai sumber gula dan energy. Warna yang dihasilkan adalah keruh disebabkan karna adanya pengaruh sukrosa yang ditambahkan pada tauge cair tesebut.
Medium-medium ini memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda-beda.

                  

                                                                                                     
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.      Perbedaan warna yang di hasilkan pada setiap mediaum baik PDA, NA, dan TC dipengauhi oleh bahan-bahan yang digunakan.

2.      Setiap medium memiliki fungsi yang berbeda-beda sebagai medium tempat pertumbuhan mikroba.


3.      Media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk menumbuhkan jamur, media NA (Natrium Agar) digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan media TC (Tauge Cair) digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang hidupnya anaerob terutama bakteri.



ACARA IV
ISOLASI MIKROBA DAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

Tujuan Praktikum :
            Pelaksanaan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat melakukan beberapa cara dalam mengisolasi mikroba. Bertujuan juga untuk mengamati pertumbuhan dan bentuk-bentuk koloni bakteri.


LANDASAN TEORI


            Biakan murni yaitu keturunan-keturunan dari satu sel tunggal(klon). Tugas paling utama para ahlli mikrobiologi adalah membuat biakan murni, membuktikan kemurniannya dan untuk mempertahankan biakan murni bebas dari kontaminan. Isolasi biakan murni dengan beberapa kekecualian dilakukan di atas atau di dalam media biak padat. Pelaksanakannya dimulai dengan memisahkan satu sel tersebut dari populasi sel dan memerlukan bahwa koloni yang tumbuh dari sel ini tetap terpisah dari sel-sel atau koloni-koloni lain. Jenis bakteri aerob diisolasi dengan perlakuan tuang-cawan menurut Koch, atau dengan mengoleskan ose kawat platina di atas medium agar yang memerlukan lebih banyak kerja(Schlegel, 1994:217).
            Cara gores pada umumnya merupakan metode semai yang paling berguna. Dawai bengkok yang steril dicelupkan ke dalam suspensi organisme yang diencerkan lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat. Inokulum menjadi makin encer dengan setiap goresan yang berturut-turut, sehingga biarpun goresan pertama menghasilkan pertumbuhan yang rapat, koloni yang terisolasi dengan baik tumbuh disepanjang garis yang lebih kemudian digoreskan(Stanier, 1984:35).
            Mikoorganisme dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang disebut medium. Banyak sekali media yang tersedia: macamnya yang dipakai bergantung pada banyak faktor, salah satu di antaranya macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Andaikanlah kita ingin mengisolasi biakan murni bakteri dari mulut kita. Maka liur itu diinokulasikan sedikit saja pada medium yang cocok sedemikian rupa sehingga sel-sel mikroba tumbuh terpisah-pisah pada medium tadi. Bahan yang diinokulasikan pada medium itu disebut inokulum(Pelchzar, 2008:85-86).
            Prinsip dari inokulasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mekroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya(Nur dan Asnani, 2007).
            Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh speseis individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati(Afrianto, 2004).


CARA KERJA

1.      Cara Goresan
a.       Dicairkan nutrien agar dalam penangas air sampai suhunya mencapai 50oC.
b.      Dituangkan secara asetis ke dalam cawan petri steril, dibiarkan dingin dan padat
c.       Diambil sat ose suspensi biakan (Bacillus sp. dan Staphylococcus) secara aseptis. Kemudian digoreskan ujung ose di atas permukaan medium masing-masing.
d.      Dibungkus cawan petri dengan kertas sampul dan diberi etiket.
e.       Diinkubasi pada inkubator.
f.       Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan koloninya.
2.      Cara sebaran
a.       Dicairkan nutrien agar dalam penangas air sapai suhunya mencapai 50oC.
b.      Dituangkan secara aseptis ke dalam cawan petri steril, dibiarkan dingin dan padat.
c.       Diambil 0,5-1 ml suspensi dengan pipet mikro steril dan diletakkan diatas permukaan medium masing-masing yaitu suspensi Bacillussp. dan Staphylococcus.
d.      Diratakan dengan menggunakan drigalski yang digerakkan dengan arah memutar.
e.       Dibungkus dan diberi label, kemudian diinkubasi selama 2-3 hari.
f.       Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan dan penyebaran koloninya.
3.      Cara Taburan
a.       Dicairkan nutrien agar dalam penangas air sampai suhunya mencapai 50oC.
b.      Dituangkan secara aseptis ke dalam cawan petri steril, dibiarkan dingin dan padat.
c.       Diambil 2-3 ose suspensi bakteri dan diletakkan di dalam cawan petri yang steril.
d.      Dituangkan secara aseptis medium yang sudah disiapkan ke dalam cawan petri steril dan digoyangkan dengan arah memutar untuk meratakan.
e.       Dibungkus dan deberi label, serta diinkubasi selama 2-3 hari.
f.       Diamati bentuk-bentuk pertumbuhannya.
4.      Isolasi Khamir
a.       Disiapkan media cair yang berisi khamir
b.      Diambil satu ose suspensi biakan khamir
c.       Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media cair.
d.      Ditutup dengan alumunium foil dan diinkubasi
e.       Diulangi langkah-langkah di atas sekali lagi
f.       Diamati pertumbuhan khamir pada ulangan pertama dan kedua
5.      Isolasi Jamur Fusariumsp. Dan Trichodermasp.
a.       Disiapkan media PDA yang telah ditumbuhi oleh jamur fusarium sp. Dan trichoderma sp.
b.      Diambil dengan jamur enten jamur Fusariumsp. Dan Trichodermasp.dimasukkanjamur yang sudah diambil masing-masing ke dalam cawan petri yang steril secara aseptis
c.       Diinkubasi pada alat inkubator
d.      Diamati pertumbuhan koloni keduanya.


HASIL PENGAMATAN

1.      Isolasi Cara Goresan
No.
Indikator Pengamatan
Goresan
Staphylo coccus
Bacillus sp.
1.
Pemukaan
Halus mengkilat
Berkerut
2.
Bentuk
Circullar
Circullar
3.
Margin
Entire
Endulate
4.
Elevasi
Conveks
Umbonate
2.      Isolasi Cara Sebaran
No.
Indikator Pengamatan
Sebaran
Staphylo coccus
Bacillus sp.
1.
Pemukaan
Halus mengkilat
Berkerut
2.
Bentuk
Circullar
Circullar
3.
Margin
Entire
Endulate
4.
Elevasi
Conveks
Umbonate
3.      Isolasi Cara Taburan
No.
Indikator Pengamatan
Taburan
Staphylo coccus
Bacillus sp.
1.
Pemukaan
Halus mengkilat
Berkerut
2.
Bentuk
Circullar
Circullar
3.
Margin
Entire
Endulate
4.
Elevasi
Conveks
Umbonate
4.      Kamir
Pertumbuhan = ada
Bentuk koloni = titik-titik
Ulangan 1 = Keruh
Ulangan 2 = Keruh
5.      Fusarium sp. Dan trichoderma sp.
Ø Fusarium sp.
Warna  = putih tulang
Panjang diameter Atas-bawah = 2,5 cm
Panjang diameter kiri-kanan = 3 cm
Diameter rata-rata = (2,5 + 3) / 2 = 2,75 cm
Ø Trichoderma sp.
Warna  = hijau
Panjang diameter Atas-bawah = 8,5 cm
Panjang diameter kiri-kanan = 8,7 cm
Diameter rata-rata = (8,5 + 8,7) / 2 = 8,6 cm


PEMBAHASAN


            Percobaan pada praktikum kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik-teknik yang digunakan dalam mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Dan mengamati bentuk-bentuk koloni mikroba. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar lingkungan suatu alaminya. Tujuanya adalah untuk memperoleh baikan yang sudah tidaktercampur lagi dengan mikroorganisme lainnya yang disebut denganbiakan murni. Serta untuk mengetahui morfologi dari koloni bakteri itu sendiri yang telah diisolasi.
            Carayang pertama digunakan adalah isolasi dengan cara goresan. Sistem atau cara ini dilakukan dengan menggoreskanjarum yang sudah berisi biakan ke media yang sudah disedikan dengan membuat goresan  sejajar.Setelah itu, hasil dari isolasi diinkubasi dan didiamkan selama 2 hari.Semuanya dilakukan secara asptis. Hasil dari isolasi yang dilakukan kemudian diamati.Hasil pengamatan pada dua mikroorganisme yaitu Staphylo coccus danBacillus sp.yang diisolasi menunjukan pertumbuhan yang baik. Bentuk permukaan, margin, elevasi, dan bentk dari kedua mikroorganisme tersebut berbeda.  Staphylo coccusmemiliki permukaan yang halus dan mengkilat, bentuk yang bulat, margin yang entire dan elevasi yang konveks. Sedangkan pada Bacillus sp. bentuk permukaannya kasar berkerut, bentuknya circullar marjin yang edulate dan umbonate. Keduanya ditumbuhkan dalam Nutrien Agar dan perbedaan pada keduanya disebabkan oleh perbedaan pada tingkat genus maupun spesial dari keduanya.Inilah yang menyebabkan pertumbuhan dari mikroba tersebu berbeda tetapi masih memiliki persamaan.
            Cara lain yang dilakukan adalah dengan teknik sebaran dan teknik taburan. Cara ini juga menghasilkan koloni yang sama dengan cara goresan. Karena bakteri yang dibiakkan juga sama.
            Selanjutnya adalah isolasi mikroba khamir yang dilakukan dengan metode pemindahan baik menggunakan pipet mikro maupun pipet biasa. Khamir ditumbuhkan dengan menggunakan media baik cair.Setelah dipindahkan dan diinkubasi,hasil pengamatan menunjukkan adanya pertumbuhan khamir yang ditandai dengan kekeruhan pada media biakan yang telah diinkubasi selama 2 hari. Pertumbuhannya berupa titik-titik yang tersebar pada media biakan.
            Percobaan terakhir yang dilakukan adalah menumbuhkan Jamur Fusariumsp. dan Trichodermasp. Setelah dilakukan teknik isolasi terhadap kedua mikroba tersebut, hasil pengamatan ada keduanya adalah koloni Jamur Fusariumsp. tumbuh baik dan berwarna putih tulang. Sedangkan koloni dari jamur Trichodermasp. berwarna hijau. Diameter koloni keduanya jauh berbeda. Rataan diameter dari Jamur Fusariumsp. Hanya 2,75 cm sedangkan Trichodermasp. rataan diameternya sebesar 8,6 cm. Ini kemungkinan disebabkan oleh spesies dari kedua jamur yang berbeda. Yang menyebabkan fase pertumbuhan dan kecepatan pertumbuhannya jauh berbeda.


KESIMPULAN

Adapun yang dapat disimpulkan dari hasil praktikum kali ini adalah,
1.      Tekhnik isolasi mikroorganisme adalah untukmenumbuhkan mikroba diluar habitat aslinya untuk memperoleh biakan murni.
2.      Terdapat tiga tekhnik yang digunakan untuk mengisolasi mikroba yaitu tekhnik goresan, tekhnik sebaran dan tekhnik taburan.
3.      Media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba jenis bakteri adalah Media NA(Nutrien Agar).
4.      Sedangkan untuk menumbuhkan mikroba jenis Jamur digunakan Media Biakan PDA(Potato Dekstrose Agar).
5.      Dan Media penumbuhan untuk khamir adalah media cair.


ACARA V

MORFOLOGI SEl KHAMIR DAN PENGECATAN BAKTERI


Tujuan Praktikum :
Untuk mengenal bermacam-macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan sel hidup dan menghitung persentase kematian khamir.
























LANDASAN TEORI

Khamir merupakan fungsi yang tidak berfilamen dan berproduksi melalui pertunasan dan pembelahan sel. Bentuk koloni khamir  seringkali mirip Bakteri. Khamir digunakan untuk membuat anggur dan roti, namun ada juga khamir yang dapat menimbulkan penyakit ( Lay, 1994 )
Banyak khamir yang tergolong kelas Ascomeyceles Karena membentuk ascopora pola sederhana, Pembentukan ascorpora tampak pada daur hidup Khamir yang tergolong Schizosaccharomyces. Secara aseksual genus ini memperbanyak diri melalui pembelahan diri melintang. Khamir lain dalam kelas ini seperti khamir Saccharomyces cereviseae ( digunakan untuk membuat roti, anggur dan bir ), memperbanyak diri dengan aseksual dengan bertunas Ascomyceles berfilamen adalah dengan pembentukan konydia dalam jumlah yang besar (Dwidjoseputra.1998)
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan ukuran 1-5 µm dan lebar 1-10 µm. Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu bulat, oval, silinder, ogival, yaitu bulat panjang dengan satu ujung runcing, segitiga melengkung (trianggular), berbentuk botol, berbentuk apikular, atau lemon merupakan karakteristik bentuk khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi alami buah-buahan yang  mengandung gula (Fardiaz.1992)
Khamir mempunyai bentuk dan ukuran sel berbervariasi tergantung pada jenisnya. Bentuk-bentuk khamir antara lain seperti jamur, berbentuk bulat, batang, silinder, dan ada juga yang berbentuk oval. Khamir dapat digunakan dalam berbagai industri seperti fermentasi yaitu dalam pembuatan minuman keras dan roti. Selain itu dapat digunakan sebagai obat-obatan dan sebagai protein sel tunggal (Imam.1999).
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi, bahkan pengamatan ini lebih penting dibandingkan dengan pengamatan fisiologi. Dalam pengamatan morfologi yang perlu diperhatikan adalah hifa, spora  seksual spora aseksual, badan buah, adanya bentuk-bentuk khusus (Kimball.1999).


CARA KERJA


A.    Pengecatan sederhana
Alat dan bahan yang digunakan yaitu Khamir 24 jam dan khamir 48 jam, larutan cat methylen blue, gelas benda, gelas penutup, jarum ose dan mikroskop.
Langkah kerja yang dulakukan dalam pengecatan sederhana antara lain.
1.      Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup sehingga terbebas dari lemak dan debu
2.      Diambil biakan murni Khamir secara aseptik yang berumur 24 jam dan 48 jam. Dan diletakan masing-masing gelas benda.
3.      Diambil satu tetes larutan cat methylen blue 1% dan diletakan ditenganh-tengah atau diatas biakan murni Khamir 24 jam dan 48 jam sehingga tercampur.
4.      Diletakan gelas penutup diatas bahan yang sudah dicat tersebut, dijaga agaar wktu gelas penutup diletakan jangan sampai terbentuk gelembung udara didalam preparat
5.      Dilakukan dalam lima bidang pandang dalam minghitung sel Khamir dan yang mati


HASIL PENGAMATAN
NO
Pengecatan
Gambar
1














2
Sederhana














Sederhana
·         Khamir 24 Jam
·         Perbesaran 10 x 10









                          Keterangan :     = Khamir Mati
= Khamir hidup

·         Khamir 48 Jam
·         Perbesaran 10 x 10












Keterangan :      = Khamir Mati
= Khamir hidup









1.      Khamir 24 Jam


Bidang Pandang
Total
Rata-rata
1
2
3
4
5
Sel Khamir mati (A)

Sel Khamir hidup (B)
11

10
5

8
5

10
5

11
4

16
30

55
6

11

Perhitungan =
% hidup
                                     = 
 =         64,7%


% mati    =      
   =      
   =       35,2 %



1.      Khamir 48 Jam


Bidang Pandang
Total
Rata-rata
1
2
3
4
5
Sel Khamir mati (A)

Sel Khamir hidup (B)
9

3
8

20
4

8
4

13
10

13
35

57
7

11,4

Perhitungan=

% hidup
   =      
   =       61,9%

% mati    =      
   =      
   =       38 %





                      






PEMBAHASAN


Pada praktikum ini diamati morfologi sel khamir yang dilakukan dengan cara pengecatan sederhana. Pengecatan sederhana yang dilakukan pada sel khamir berumur 24 dan 48 jam dengan menggunakan larutan cat Methylen Blue, bertujuan untuk membedakan sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati dan menghitung persentase kematian sel khamir. Hasil yang di dapatkan dari praktikum ini adalah sel khamir yang berumur 24 jam dengan 5 daerah pandang yaitu pada daerah satu jumlah sel khamir yang hidup yaitu 10 dan yang mati 11, pada daerah dua jumlah sel khamir yang hidup yaitu 8 dan yang mati 5, pada daerah tiga jumlah sel khamir yang hidup yaitu 10 dan yang mati 5, pada daerah empat jumlah sel khamir yang hidup yaitu 11 dan yang mati 5, pada daerah lima jumlah sel khamir yang hidup 16 dan yang mati 4. Untuk mendapatkan rata-rata sel khamir yang mati dan sel khamir yang hidup yaitu dengan cara menjumlahkan sel khamir yang mati dan sel khamir yang hidup dan dibagi dengan banyaknya bidang pandang. Setelah didapatkan rata-rata sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati dibagi rerata sel mati ditambah rerata sel khamir yang hidup dikali 100%.
Sedangkan pada sel khamir berumur 48 jam hasil yang didapatkan yaitu pada daerah satu jumlah sel khamir yang hidup yaitu 3 dan yang mati 9, pada daerah dua jumlah sel khamir yang hidup yaitu 20 dan yang mati 8, pada daerah tiga jumlah sel khamir yang hidup yaitu 8 dan yang mati 4, pada daerah empat jumlah sel khamir yang hidup yaitu 13 dan yang mati 4, pada daerah lima jumlah sel khamir yang hidup 13 dan yang mati 10. Cara perhitungan reratanya sama dengan penggunaan rumus diatas. Untuk membedakan sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati yaitu jika sel khamir berwarna gelap maka sel khamir tersebut dikatakan mati sedangkan jika berwarna transparan maka sel khamir tersebut dikatakan hidup. Pada sel khamir yang berumur 48 jam % kematiannya lebih besar dibandingkan dengan sel khamir yang berumur 24 ja. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti umur sel khamir yang terlalu lama sehingga dalam pertumbuhannya mengakibatkan sumber makanan yang tersedia sudah terbatas dan terjadi persaingan untuk mendapatkan makanan dan ruang tempat hidup.


KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagsi berikut:
1.      Sel khamir yang hidup akan berwarna bening , sedangkan sel khmir yang mati akan berwarna biru.
2.      % kematian sel khamir 48 jam lebih banyak dari % kematian sel khamir 24 jam.





















ACARA VI
MORFOLOGI SEL DAN PENGECATAN BAKTERI

Tujuan Praktikum :
            Pelaksanaan praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan preparat bakteri dengan latar belakang gelap dan mengamati bentuk serta besar sel yang sesungguhnya. Selain itu juga, bertujuan untuk mempelajari cara pengecatan bakteri, baik pengecatan sederhana, pengecatan negative, ataupun pengecatan gram.


LANDASAN TEORI

            Salah satu tekhnik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Dalam proses ini, olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-larutan dalam urutan ungu Kristal, larutan yodium, alcohol dan safranin atau beberapa pewarna bandingan lain yang sesuai. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu Kristal dikarenakan akan tampak ungu tua. Kelompok lain adalah bakteri gram negative, kehilangan ungu Kristal ketika dicuci dengan alcohol dan sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin, tampak berwarna merah(Pelchzar, 2006).
            Ada kalanya suatu medium perlu diwarnai dua kali.Setelah zat warna yang pertama (ungu) terserap, maka sediaan dicuci dengan alcohol, kemudian ditumpangi dengan zat warna yang berlainan yaitu dengan zat warna merah.Jika sediaan itu kemudian kita cuci dengan air, lalu dengan alcohol, maka dua kemungkinan dapat terjadi.Pertama, zat warna tambahan terhapus, sehingga yang Nampak ialah zat warna yang asli (ungu).Dalam hal ini, sediaan (bakteri) kita sebut gram positif.Kedua, zat warna tambahan (bertahan) hingga zat warna asli tidak tampak. Dalam hal ini, sediaan (bakteri) kita katakan gram negative(Dwijoseputro, 1987).
            Sejumlah besar koloni bakteri dan fungi menarik perhatian oleh warnanya yang mencolok, disebabkan karena terjadi ekskresi zat warna ke dalam medium atau fermentasi sel. Kemampuan membentuk zat warna terfiksasi secara genetic dan demikian merupakan penanda khusus. Bentuk-bentuk pewarna mudah dikenal dan ditentukan identitasnya, zat warna dapat merupakan derivate dari berbagai kelas(Hans, 1994).
            Christian Gram seorang ahli bakteri Denmark pada tahun 1884 secara kebetulan menemukan prosedur pewarnaan gram.Pewarnaan ini mungkin merupadan salah satu prosedur yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi mikroba. Dengan metode ini, mikroba dapat dibedakan secara unum menjadi dua kelompok besar yaitu: (a) organism yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu Kristal yang disebut gram positif, (b) organism yang kehilangan kompleks warna ungu Kristal pada waktu pembilasan dengan alcohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan safranin sehingga sel tampak merah muda disebut gram negative(Hadioetomo, 1985).


CARA KERJA

Pengecatan Negatif
1.      Dibersihkan gelas benda dengan alcohol sehingga bebas lemak dan debu, didingin dan dikering anginkan.
2.      Diambil suspense biakan murni Bacillus sp. Secara aseptis dengan ose dan diletakkan pada permukaan gelas benda.
3.      Ditambahkan satu tetes larutan cat nigrosin pada suspense bakteri, diratakan dengan gelas benda dan dikeringanginkan.
4.      Diamati dengan mikroskop sampai terlihat
5.      Digambar preparat yang tampak dengan latar belakang yang diarsir.
Pengecatan Gram
1.      Dibersihkan gelas benda dengan alcohol sehingga bebas lemak dan debu, didingin dan dikering anginkan.
2.      Diambil suspense biakan murni Bacillus sp. secara aseptis dengan ose dan diletakkan pada permukaan gelas benda.
3.      Ditambahkan satu tetas cat utama (Gram A) pada permukaan lapisan bakteri sampai menutupi lapisan tersebut.
4.      Dibiarkan beberapa saat, dilakukan pencucian dibawah air mengalir  dan dikeringanginkan.
5.      Diteteskan larutan Mordan (Gram B) dan didiamkan 1-2 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
6.      Diteteskan larutan peluntur Alkohol (Gram C) dan dibiarkan selama 20-30 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
7.      Diberikan cat penutup (Gram D), didiamkan selama 1-2 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan
8.      Diamati denga mikrosop dimulai dari perbesaran kecil ke perbesaran kuat.
9.      Digambar dan diberi keterangan bakteri yang tampak, bentuk sel warna dan reaksi pengecatannya.
10.  Dilakukan hal yang sama pada Bakteri E. coli juga.
HASIL PENGAMATAN
Ø  Pengecatan Negatif








Ø  Pengecatan Gram


 

PEMBAHASAN

            Pengecatan bakteri adalah suatu tekhnik yang digunakan untuk mengamati bakteri baik bentuknya maupun hidup tidaknya.Terdapat beberapa tekhnik pengecatan yang digunakan yaitu pengecatan negative dan pengecatan gram.Pengecatan negative adalah pengecatan dengan mengecat latar belakang medium.Sedangkan pengecatan gram adalah pengecatan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut berdinding tebail atau tipis sehingga dapat ditentukan termasuk bergram positif atau negative.
            Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dengan pengecatan negative pada Bacillus sp.dapat diketahui bahwa Bacillus sp. berbentuk basil.Pada pengecatan ini, yang dicat adalah latar belakangnya sehingga dapat dengan mudah dapat dilihat bentuk dari mikroba yang diamati.Prinsipnya adalah bahwa latar belakang yang dicat memudahkan untuk melihat bentuk mikroba yang diamati yang tidak ikut terkena cat.Latar belakang berwarna biru dan mikroba transparan.
Pengecatan terakhir yang dilakukan adalah pengecatan gram.Pengecatan ini bertujuan untuk membedakan antara mikroba (bakteri) yang bergram positif ataupun mikroba yang bergram negative. Pengecatan ini didasarkan pada kemampuan dari dinding sel untuk menyerap cat-cat yang diberikan yang nantinya akan menandakan tebal tipisnya diding sel yang dimilikinya. Artinya, kemampuan dari dinding sel bakteri untuk tercat oleh cat-cat yang diberikan pada bakteri yang diamati.
            Apabila bakteri tersebut bergram positif, maka warna terakhir yang akan terbentuk adalah warna ungu. Ini disebabkan karena dinding sel dari bakteri tersenut akan mengikat dengan kuat cat pertama (Gram A) yang diberikan yang berwarna ungu. Tidak mudah dilunturkan oleh alcohol dan tidak mudah ditutupi oleh cat penutup (Gram D) yaitu safranin yang berwarna merah.Pada pengecatan yang dilakukan didapatkan bahwa bakteri Bacillus sp. berwarna merah.Bacillus sp. Termasuk gram positif karena akan berwarna ungu ketika di car dengan pengecatan gram. Hasil pengamatan menunjukkan warna merah, ini kemungkinan disebabkan oleh human error dimana pengecatan gram C (Alkohol) terlalu lama sehingga gram A luntur dan yang terikat adalah gram D cat terakhir.
Bakteri E.coli pada praktikum yang dilakukan pengamatan padanya didapatkan bahwa bakteri E.coli bergram negative. Kerna dinding sel yang dimilikinya tipis sehingg mudah dilunturkan dengan cat peluntur(Alkohol) dan tertutupi oleh safranin. Bentuk dari Bakteri E. coli adalah seperti coccus.


KESIMPULAN

            Berdasarkan dari hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa,
1.      Pengecatan sel bakteri bertujuan untuk mengetahui morfologi dari suatu sel, dapat mengetahui apakah sel dari bakteri yang diamati masih hidup atau tidak.
2.      Pengecatan negative digunakan untuk memperjelas bentuk bakteri.
3.      Pengecatan gram dilakukan dengan empat tahap pengecatan secara berturut-turut yaitu Gram A, Gram B, Gram C dan Gram D.
4.      Pengecatan gram didasarkan pada kemampuan dinding sel bakteri untuk menyerap warna atau cat yang diberikan dan tidak luntur ketika diberikan Alkohol.
5.      Bakteri Bacillus sp. termasuk bergram positif.


ACARA KERJA VII
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PENENTUAN UKURAN MIKROBA

Tujuan :
Untuk menentukan jumlah mikroba keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup dan dapat memprediksi berapa jumlah sel mikroba dalam sampel























LANDASAN TEORI

            Didalam suatu populasi mikroba tidak semua sel maupun hidup terus.Yang dianggap sel hidup ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membuat suspense dalam larutan biak.Sel yang mampu hidup inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup.Pada jumlah total sel akan dihitung untuk semua sel yang Nampak atau yang dapat dihitung dengan cara lain,sehingga dengan demikian sel –sel mati dan cacat akan ikut dihitung (Schlegel ,1994).
            Cara untuk menghitung jumlah bakteri adalah perhitungan dengan mikoskop.Metode ini mempunyai kelemahan yaitu baik sel yang hidup maupun maupun sel ya g mati terhitung semua.cara lain untuk menghitung mikroba adalah dengan menggunakan turbiddimeter (turbid =keruh).Tiap sampel yang diambil pada waktu-waktu tertentu kekeruhannya dengan menggunakan Turbidimeter.Metode ini mempunyai kelemahan yang sama seperti yang terdapat pada perhitunga dengan mikroskop (Dwidjoseputro,1985).
            Jumlah sel yang dapat hidup (fariabel) biasanya diperkirakan sebagai ukuran konsentrasi sel.Namun untuk beberapa maksud kekeruhan kultur di ukur oleh rata-rata fptoelektrik,mungkin berhubungan dengan perhitungan sel yang dapat hidup dalam membentuk kurva standar.pada penggunaan ukuran ukuran Turbidimetrik harus di inggat bahwa korelasi antara kekeruhan dan perhitungan yang dapat hidup dapat berubah ubah selama pertumbuhan dan kematian kultur,sel-sel dapat kehilangan apabila tidak mempertahankan kekeruhan kultur(Jawetz,2001)
            Jumlah contoh yang diambil adalah banyaknya 0,01 ml dengan disebarkan dengan kaca obyek dengan kaca obyek dengan  daerah  seluas 1cm.Dalam perhitungan digunakan lensa okuler khusus untuk memperoleh luas lapangan pengelihatan menentukan factor koreksi mikroskop yang diperlukan dalam perhitungan jumlah sel.Peritungan sel mendpat kesulitan bila jumlah sel bakteri sedikit (20.000-50.000 sel bakteri) (Amin,1995).
            Cara menghitung sel individu di dalam volume sangat kecil biasanya dilakukan dengan counting chamber.Counting chamber sedemikian rupa sehingga kotak-kotak dengan luas tertentu dengan lapisan cairan dengan kedalaman yang diketahui dapat dimasukan  diantaranya gelas obyek dengan gelas tutup,akibatnya volume cairan yang menutupi stiap kotak diketahui dengan tepat.Perhitungan langsung ini dikenal dengan jumlah sel total ( Stainer,1984).

























CARA KERJA

Perhitungan  jumlah mikroba dengan Haemacytometer
            Langkah- langkah yang dilakukan dalam perhitungan jumlah mikroba ;
1.      Dibersihkan haemocytometer dan dikeringkan
2.      Dibuat seri pengencaran suspensi mikroba dengan tujuan agar suspense tidak terlalu pekat sehingga didalam pengamatan sel mudah dihitung.
3.      Ditempatkan gelas penutup pada Haemocytometer tepat pada petak petaknya kemudian ambil  suspense mikroba dengan pipet tetes dan dekatkan ujung pipet pada bagian berlekuk pada Haemocytometer.Suspensi akan  mengalir masuk  dengan sendirinya kedalam petak peta Haemocytometer .Dihindari pemberian  suspensi yang berlebihan.
4.      Diamati pada perbesaran mikroskop pada perbesara sedang
5.      Dihitung jumlah  mikroba rata-rata dari 5 petak untuk  menghitung jumlah mikroba  tiap millimeter bahan dengan cara seperti pada bakteri,tetapi kedalaman Haemocytometer adalah 0,1mm.













HASIL PENGAMATAN

Penentuan jumlah mikroba dengan Haemocytometer
Ø  Gambar  hasil pengamatan  Trichoderma sp.











Perbesaran 10x40
Ø  Gambar hasil pengamatan Fusarium sp.











Perbesaran 10x40
Ø  Hasil perhitungan Trichoderma sp.

Kotak
Jumlah sel
1
110
2
116
3
123
4
109
5
104
Jumlah
562
 Jumlah sel mikroba tiap ml :
= 564 x 5 x 10 x 1000
= 2810 x 10 x1000
= 2,81 x 107







Ø  Hasil perhitungan Fusarium  sp.

Kotak
Jumlah sel
 1
16
2
20
3
34
4
32
5
32
Jumlah
134
Jumlah sel mikroba  tiap ml :
= 134 x 5 x 10 x1000 
= 670 x 10 x 1000
=6,7 x106

 






PEMBAHASAN

      Perhitungan jumlah dan ukuranmikkroba sangat penting dilakukan untuk mengatahui jumlah populasi mikroba baik dalam tanah,air.bahan tanaman dan lain-lain.mikroba merupakan jasad hiadup yang berukuran renik,tubuhnya ada yang berupa sel sederhana (seluller),berupa sel tunggal (multiseluler) tanpa di defrensiasi (terbagi) dalam jaringan organ fungsional atau tidak berupa sel (non-selullerra).
      Pada peraktikum kali ini kita melakukan perhitungan jumlah mikoba yaitu pada  jamur Trichoderma sp dan fussarium sp dengan menggunakan  Haemocytometer  dan alat-alat pendukung lainnya. Perhitungan  dengan Haemocytometer  yaitu hasil pengenceran tidak di tanamkan didalam cawan berisi media,tetapi di teteskan kedalam ruang penghitung.selanjutnya dilihat menngunakan mikroskop.sel-sel mikroba yang terdapat didalam kolom-kolom perhitungan.
      Pada Trichoderma sp dilakukan perhitungan dengan dengan mengunakan 5 bidang pandang di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 dengan hasil perhitungan pada bidang  pandang 1 yaitu 110,bidang pandang 2 yaitu 116,bidang 3  yaitu 123,bidang pandang 4 yaitu 109 dan pada bidang pandang 5 yaitu 104. Dengan jumlah keseluruhan adalah 562.Sehingga jumlah sel mikroba pada tiap ml adalah 2,81 x 107 spora dengan bentuk sel bulat
      Fusarium sp juga di lakukan perhitungan dengan menggunakan 5 bidang pandang dibawah  mikroskop dengan perbesaran 100 dengan hasil perhitungan pada bidang pandang 1 yaitu 16,bidang pandang 2 yaitu 20,bidang pandang 3 yaitu 34,bidang pandang 4 yaitu 32 dan pada bidang pandang 5 yaitu 32. Jumlah keseluruhannya adala 134,sehingga jumlah mikroba pada tiap ml adalah 6,7 x 106 .Bentuk sel Fusarium sp adalah basil (batang).
      Perhitungan langsung melalui alat atau ruang hitung memiliki keunggulan dan kelemahan dan keuntungan yaitu bahwa semua sel mikroba baik yang masih hidup maupun yang sudah mati akan terhitung  secara langsung.sedangkan kelemahannya kesalahan menghitung akan didapatkan apabila system pengenceran tidak homogeny lagi.





























KESIMPULAN

     Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan,maka dapat diartikan kesimpulan sebagi berikut:
1.      Perhitungan jumlah mikroba dan ukuran mikroba sangat penting untuk  mengetahui jumlah populasi mikroba dalam tanah,air,tanaman dan lain-lain.
2.      Haemocytometer yaitu alat yang digunakan untuk menghitung  jumlah mikroba.
3.      Perbandingan jumlah sel Trichoderma sp dan Fusarium sp.





















ACARA VIII

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Tujuan praktikum :
            Untuk mengetahui pengaruh temperature minimum dan maksimum serta optimum terhadap pertumbuhan mikroba. Dan untuk mengetahui pengaruh zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.


LANDASAN TEORI

            Konsentrasi solute di dalam sel microbe secara khas lebih tinggi daripada konsentrasi solute dalam lingkungan di luar sel. Hal ini berlaku bagi konsentrasi baik dalam lingkungan alam microbe maupun dalam kebanyakan media biakan. Lagi pula solute yang larut di dalam sel secara kualitatif berbeda dengan lingkungan yang ada di luar sel. Halangan utama untuk mengatur arus zat yang larut antara sel dan lingkungan luarnya adalah membrane sel(Stainer, 1984).
            Masing-masing mikrobia memerlukan temperature tertentu untuk hidupnya.Temperature pertumbuhan suatu mikrobia dapat dibedakan dalam temperature minimum, optimum dan maksimum.Berdasarkan atas perbedaan temperature, pertumbuhannya dapat dibedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan thermofil. Untuk tujuan tertentu, suatu mikrobia perlu ditentukan titik kematian termal dan waktu kematian termal(Jutono, 1980).
            Semua makhluk hidup membutuhkan nutrient untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrient merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen seluler baru dan untuk menghasilkan energy yang dibutuhkan dalam proses-proses kehidupan sel. Nutrisi merupakan indikasi dari kompleksitas fisiologis mikroba. Umumnya diketahui nutrient dibutuhkan oleh mikroba secara langsung mencerminkan kemampuan fisiologisnya.Sebagai contoh beberapa anggota genus lactobacillus membutuhkan sejumlah asam amino, Vit. B dan nutrient lainnya(Hafsah, 2009).
            Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan kebutuhan kimia atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotic. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-mineral dan factor penumbuh(Darkuni, 2001).
            Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh factor lingkungan. Pengaruh factor ini akan memberikan dambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberika gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya(Tarigan, 2001).


CARA KERJA
1.      Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba
a.       Disiapkan media biakan PDA untuk menumbuhkan Trichoderma sp. dan Media NA untuk menumbuhkan Ralstonia sp.
b.      Diambil dengan menggunakan jamur enten satu bulatan jamur trichoderma sp yang sudah disiapkan
c.       Ditaruh ke dalam media biakan PDA pada cawan petri yang sudah disediakan secara aseptis
d.      Diinkubasi pada suhu 15oC dan 30oC
e.       Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. pada tabung reaksi yang berisi biakan bakteri Ralstonia sp.
f.       Dibiakkan dengan cara sebaran dengan menggunakan drigalski pada media NA  yang telah disiapkan secara aseptis di dekat nyala lampu Bunsen
g.      Diinkubasi pada suhu 15oC dan 30oC
h.      Diamati perbedaan pertumbuhan Trichodermasp. dan Ralstoniasp. pada suhu 15oC dan suhu 30oC.
2.      Perlakuan dengan menggunakan Handsanitizer
a.       Disiapkan media pertumbuhan NA pada cawan petri.
b.      Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.       Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.      Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.       Dicelupkan ke dalam handsanitizer yang telah disediakan, kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi. Langkah ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.       Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.      Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.      Dilakukan hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli
3.      Perlakuan dengan menggunakan Sabun Cair
a.       Disiapkan media pertumbuhan NA yang akan digunakan.
b.      Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.       Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.      Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.       Dicelupkan ke dalam sabun cair yang telah disediakan, kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi. Langkah ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.       Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.      Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.      Dilakukan hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli.
4.      Perlakuan dengan menggunakan Betadin
a.       Disiapkan media pertumbuhan NA pada cawan petri.
b.      Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.       Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.      Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.       Dicelupkan ke dalam betadin yang telah disediakan, kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi. Langkah ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.       Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.      Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.      Dilakukan hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli



HASIL PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengamatan Jamur Trichoderma sp. Dan bakteri Ralstonia sp.
No.
Mikroba yang diamati
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Jamur Trichoderma sp.
Ditumbuhkan pada suhu 15oC
Tidak terdapat pertumbuhan


Ditumbuhkan pada suhu 30oC
Terjadi pertumbuhan yang baik
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 7,8 cm dan Atas-bawah(B) = 9 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 7,8+9 / 2
= 8,4 cm
2.
Baakteri Ralstonia sp.
Dengan Handsanitizer
Tidak ada zona hambatan yang terbentuk


Dengan sabun cair
Terbentuk zona hambatan
Zona I :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,8 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,8 / 2
= 0,8 cm

Zona II :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,8 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,8 / 2
= 0,8 cm


Dengan Betadin
Terbentuk zona hambatan
Zona I :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,9 cm dan Atas-bawah(B) = 0,9 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,9+0,9 / 2
= 0,9 cm
Tabel Hasil Pengamatan Jamur Fusarium sp. Dan Bakteri E. coli
No.
Mikroba yang diamati
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Jamur Fusarium sp.
Ditumbuhkan pada suhu 15oC
Tidak terdapat pertumbuhan


Ditumbuhkan pada suhu 30oC
Terjadi pertumbuhan yang baik
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 2,5 cm dan Atas-bawah(B) = 2,5 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 2,5+2,5 / 2
= 2,5 cm
2.
Baakteri E. coli
Dengan Handsanitizer
Terbentuk zona hambatan
Zona I :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,7 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,7+0,7 / 2
= 0,7 cm

Zona II :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,6 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,6 / 2
= 0,7 cm


Dengan sabun cair
Terbentuk zona hambatan
Zona I :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,7 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,7+0,7 / 2
= 0,7 cm
Zona II :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,7 / 2
= 0,75 cm



Dengan Betadin
Terbentuk zona hambatan
Zona I :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 1,8 cm dan Atas-bawah(B) = 1,8 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 1,8+1,8 / 2
= 1,8 cm
Zona II :
Dengan panjang,
Kiri-kanan(A) = 1,4 cm dan Atas-bawah(B) = 1,6 cm
Sehingga drata-rata = A+B / 2 = 1,4+1,6 / 2
= 1,5 cm





PEMBAHASAN

            Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya tergantung dari lingkungan tempat hidupnya. Apabila lingkungan tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkannya, maka makhluk hidup itu akan dapat hidup dengan baik. Begitu juga dengan mikroba, lingkungan yang baik akan mendukung tumbuh-kembangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan memiliki peran penting bagi pertumbuhan mikroba.Mikroba tidak bisa memilih lingkungannya, sehingga mau tidak mau mikroba harus menyesuaikan diri dengan tempat hidupnya.Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuazikan diri (adaptasi) kepada pengaruhi factor-faktor luar dan factor-faktor lingkungannya.
            Factor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba baik bakteri maupun jamur.Diantara factor-faktor tersebut yaitu temperature, kebahasan, nilai osmotic dari medium dan radiasi sinar. Pada acara praktikum kali ini, factor-faktor yang diamati adalah pengaruh suhu dan pengaruh beberapa zat kimia terhadap pertumbuhan Jamur Trichodermasp.dan Fusariumsp.dan bakteri Ralstonia sp. dan E. coli.
            Trichoderma sp. merupakan salah satu dari jenis jamur yang berdasarkan cirri morfologi yang dapat dilihat berwarna hijau.Perlakuan yang diberikan pada jamur ini adalah ditumbuhkan selama beberapa hari pada suhu 15oC dan pada suhu 30oC.Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan pada jamur yang ditumbuhkan beberapa hari, pada Trichoderma sp. yang dibiakkan pada suhu 15oC, tidak terjadi pertumbuhan. Ini menandakan bahwa pada suhu yang rendah Jamur Trichoderma sp. Tidak dapat tumbuh sama sekali. Sedangkan Jamur Trichoderma sp. Yang ditumbuhkan pada suhu 30oC dapat tumbuh dengan baik.Ini menandakan bahwa suhu optimum pertumbuhan Jamur Trichoderma sp. adalah sekitar suhu 30oC.
            Pada praktikum ini, digunakan juga satu jenis bakteri yaitu Bakteri Ralstonia sp. Ralstonia sp.yangdigunakan pada praktikum kali ini ditumbuhkan pada suhu 15oC dan suhu 30oC. berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada suhu 15oC tidak terjadi pertumbuhan. Sedangkan pada suhu 30oC bakteri Ralstonia sp. dapat tumbuh dengan baik.
            Kemudian diamati juga pertumbuhan Jamur Fusarium sp. pada suhu 15oC dan suhu 30oC. didapatkan bahwa pada suhu 15oC, tidak terdapat pertumbuhan pada Jamur Fusarium sp. Sedangkan pada suhu 30oC, terdapat pertumbuhan dengan diameter rata-rata 2,5 cm. ini artinya bahwa Jamur Fusarium sp. Tumbuh baik pada suhu sekitar 30oC.
            Kemudian untuk hasil pengamatan zona hambatan yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri E. coli , didapatkan bahwa zat-zat seperti handsanitizer, sabun cair, dan betadin mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri E. coli.


KESIMPULAN

            Berdasarkan pada pembahasan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa,
1.      Faktor-faktor lingkungan di sekeliling mikroba, akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
2.      Factor-faktor lingkungan tersebit antara lain; factor suhu, kelembapan, kebasahan dan nutrisi yang tersedia dalam media biakan.
3.      Perlakuan lain seperti selain suhu adalah zat-zat seperti betadin, sabun cair dan handsanitizer.
4.      Factor penghambat mikroba yang paling efektif dari ketiga bahan di atas adalah sabun cair.
5.      Mikroba tidak dapat tumbuh pada suhu diluar suhu pertumbuhannya.


ACARA IX
MORFOLOGI BINTIL AKAR TANAMAN DAN SEL BAKTERIOID DALAM BINTIL AKAR DAN MIKORIZA

                                                                          
Tujuan praktikum:
a.       Untuk mengetahui morfologi bintil akar dan morfologi bakterioid pada bintil akar beberapa tanaman leguminosa
b.      Untuk mengidentifikasi akar terinfeksi mikoriza






LANDASAN TEORI

Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan.jika terpisah masing-masing tidak atau kurang dapat bertahan diri.lichenes itu suatu contoh simbiosis antara jamur dan ganggang.hidup bersama ini membawa keuntungan kedua belah pihak.simbiosis antara genus rhizobium  dam leguminosae juga merupakan simbiosis mutualisme.rhizobium mendapatkan tempat hidup di leguminosae.sedangkan leguminosae mendapatkan persenyawaan N yang diberikan oleh Rhizobium (Dwijoseputro,1998).
Fiksasi nitrogen simbiotik dilakukan oleh bakteri Rhisobium yang bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacaangan.sebelum bakteri ini dapat menambat nitrogen,maka harus mapan dulu di dalam sel-sel jaringan akar  tanaman inangnya.infeksi sistim perkakaran berkaitan erat  dengan rambut-rambut akar tertentu oleh bakteri tersebut.bakteri penambat nitrogen ini masuk ke sel sel tanaman inang melalui benang terinfeksi ini .beberapa sel-sel tanaman menjadi terinfeksi diikuti dengan pembesaran sel serta laju pembelahan sel.ini akan menghasilkan pembentukan nodul(bintil) pada sistim perakaran (Pelchzar dan Chan,1988)
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk pekecambahan spora mikoriza.Dengan pula kondisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar jugs sesuai untuk pertumbuhan hifa.jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim,selanjutnya tumbuh menuju korteks(Anonymous,2012)
Bintil akar adalah hasil simbiosis tanaman dari jenis leguminosa dengan rhizobium  yang mampu melakukan penambatan N2 .bintil akar terbentuk melalui serangkaian proses  yang diawali kolonisasi bakteri Rhizobium pada rambut akar tanaman polong.koplonisasi  bakteri Rhizobium ini diduga bias terjadi Karena sutu protein tanaman yang disebut lektin yang mungkin berinteraksi dengan rhizobium(Waluyo,2010)
Proses penambatan nitrogen pada bintil akar membutuhkan sumber  electron dan proton,molekul ATP,kompleks enzim nitrogenase,sumber electron dan proton berasal dari karbohidrat yang di translokasikan dari daun kemudian di respirasikan oleh bakteri.Respirasi karbohidrat dalam bakteroid menyebabkan reduksi NAD+ menjadi NADH atau NADP+ menjadi NADPH (Uswatun,2004).


























CARA KERJA
A.    pengamatan morfologi bintil akar secara mikroskopis
1.      Dibersihkan bintil akar dari tanah yang melekat dengan mencucinya pada air yang mengalir
2.      Diamati dan di gambar,letak,cara peletakan,bentuk dan ukuran bintil akar.
B.     Pengamatan Secara Mikroskopik
1.      Dibersihkan bintil akar dari tanah dengan air yang mengalir
2.      Dilepaskan bintil akar dan disinfeksikan
3.      Dibilas bintil akar dengan air suling steril
4.      Dihancurkan bintil akar tersebut dengan ganggang jarum preparat steri,pada gelas benda.
5.      Dilakukan  pengamatan mikroskopik terhadap morfologi bakteri masing-masing suspense dengan melakukan pengecetan gram A,gram B,gram C dan gram D)
6.      Digambarkan bent uk morfologi bakteri  bakterioid yang diamati dan diberikan keterangan.
C.    Pengamatan Mikoriza
1.      Disiapkan mikoriza yang telah disolasi dari akar tanaman
2.      Diambil mikoriza yang telah disiapkan dengan jarum enten dan ditaruh diatas gelas benda
3.      Ditutup dengan penutup gelas benda
4.      Diamati di bawah mikroskop dan di gambar mikoriza yang diamati








HASIL PENGAMATAN
Pengamatan mikroskopis
1.Akar Kacang Tunggak (Vigna sp)
                                                          Keterangan:
                                                          1. Bintil akar
                                                    2.Batang
                                                             3.Akar primer
                                                               4.Akar skunder


4.Akar Putri Malu (Mimosa pudica)
                                                              Keterangan:
                                                       1. bintil akar
                                                                                     2. akar primer
                                                                                     3.batang
                                                                                     4.akar sekunder


3.Akar Turi (Sesbania glandiflora)
                                                        Keterangan:
                                                                                    1.bintil akar
                                                                                    2.akar primer
                                                                                     3.akar sekunder








Pengamtan mikroskopik dengan pengecatan gram
        1. Bintil akar kacang tunggak

                                                                                                                 Keterangan:
§  Warna Rhizobium merah,
§  Termasuk gram negatif
§  Perbesaran 10x 40
                                                                                                                                                                           



           2. Bintil akar putri malu



            Keterangan:
§  Warna merah
§  Termasuk gram negative
§  Perbesaran  10 x 40



        3. Bintil akar turi


          Keterangan:
§  Warna merah
§  Termasuk gram negative
§  Perbesaran  10 x 40



            4. Mikoriza



            Keterangan:
§  Perbesaran  10 x 40
§  Berbentuk oval
§  Sudah masuk ke dalam sel akar inangnya







PEMBAHASAN

             Rhizobium berasal dari dua kata yaitu kata rhizo yang artinya akar  dan bios yang artinya hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob,koloninya berwarna putih dan berbentuk sirkular , merupakan penambat  nitrogen.Rhizobium hidup di dalam tanah dan bersimbiosis  dengan akar legume.rhizobium cenderung membentuk nodul pada suatu tanaman  legume saja.bakteri ini,bersifat simbiotik secara mutualisme dengan akar tanaman artinya,keduanya mendapatkan keuntungan .apabila salah satunya tidak ada maka keduanya akan tidak atau kurang dapat mempertahankan diri.bakteri ini,hidup dengan menginfeksi akar tanaman legume dan bersimbiosis dengan tanaman tersebut dan menambat unsure nitrogen.
           Selanjutnya mikoriza adalah bentuk asosiasi antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu.struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan saling menguntungkan.mikoriza memperoleh tempat hidup pada akr tanaman,dan akar dari tanaman dapat memperluas jangkauan serapan unsur hara nya dengan bantuan miselium dari mikoriza.unsur yang banyak diperoleh akar tanaman dari mikoriza adalah unsure posfat.terdapat dua kelompok besar jamur mikoriza yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.yang banyak dikenal belakangan ini adalah endomikoriza yang memiliki bentuk khas oval dan sistim pecabangan hifa sehingga dikenal dengan nama vesikularbuskular miccorrhizae (VAM).
            Pada praktikum yang dilakukan,rhizobium yang diamati adalah rhizobium dari akar tanaman kacang tunggak,putrid malu dan turi.berdasarkan hasil pengatan makroskopis,didapatkan bahwa bintil akar yang di bentuk pada masing-masing tanaman memiliki ukuran dan letak yang berbeda.pada tanaman turi,bintil akr yang dibentuk berukuran lebih besar dan terletak pada akar primer tanaman tersebut.pada tanaman putrid malu,ukuran bintil akar yang terletak pada akar primer dan akar sekundernya  serta terdapat bintil akar yang bergerombol.kemudian pada kacang tunggak bentuk bintil akarnuya bulat,berwarna putih,dan bergerombol yang terletak pada akar primer tanamanm.
            Pada pengamatan secara mikroskopik,didapatkan bahwa bakteroid dan rhizobium yang berfungsi menambat nitrogen setelah dicat dengan pengecatan gram,bakteri ini berwarna merah dan termasuk gram negatif.b entuknya seperti batang dan saling terikaat membentuk seperti rantai.
            Sedangkan pada pengamatan mikoriza yang dilakukan,didapatkan bahwa mikoriza yang diamati sudah membentuk struktur yang oval dan sudah berada di dalam sel dari akar tanaman yang diinfeksinya.untuk mempermudah pada saat pengamatan, digunakan pula minyak imersi.yang berfungsi untuk mengurangi pembiasan cahaya yang masuk ke lensa.






























KESIMPULAN


            Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa,
1.      Rhizobium bersimbiosis dengan akar tanaman dan membentuk bintil akar yang berfungsi menambat nitrogen yang dibutuhkan akar tanaman.
2.      Rhizobium pada akar tanaman berbentuk bulat dan biasanya berbentuk koloni pada akar tanaman (primer) pada tanaman legum.
3.      Mikoriza membantu akar tanaman dengan memperluas jangkauan peneyerapan hara bagi tanaman.
4.      Mikoriza dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu etmikoriza dan endomikariza.
5.      Yang banyak dikenal adalah dari jenis endomikoriza yang biasa disebut VAM
















DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, L.2004.Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan. Bandung:Farmasi FMIPA ITB.

Anonym.1987. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Mataram: Universitas Mataram.

Darkuni, Noviar .2001. Mikrobiologi .Malang : JICA.
                    
Dwijoseputro, 1985. Dasar- Dasar  Mikrobiologi. Jakarta:  Djambatan.

Godman,Arthur. 1991. Kamus Sains Bergambar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hadioetomo dkk, 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.. Jakarta:  PT. Gramedia

Hafsah.2009.Mikrobiologi Umum.Makasar: Universitas Islam Negri Alaudin

Hans, G. S.1994.Mikrobiologi Umum.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Jutono.1980.Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurindriyani, Asnani.2007.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik.Kendari:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNHALU.

Pelchzar, M. dan E.C.S. Chan.2006.Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta:Penerbit    Universitas Indonesia


Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Stanier, Roger Y.1984.Dunia Mikrobe 2. Jakarta: Bhratara Karya Aksara

Suryowinoto, Moeso. 1993.Mikrobiologi Air. Bandung:Alumni

Sutedjo, M.M.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta: Rineka Cipta


Tarigan, Jeneng.1988.Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Uswatun,B.2004.Panduan Mikrobiologi .Yogyakarta;Absolute

Waluyo,Lud.2010. Teknik Dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi .Malang ; Upt
Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang .

Yohanes, 1979. Peristilahan Kimia dan Farmasi.  . Bandung: ITB




.