LAPORAN
TETAP
MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
FENTI WULANDARI
C1M013060
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2012
ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM
Tujuan praktikum:
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mikrobiologi.
2.
Untuk mengetahui fungsi serta cara penggunaan alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini.
LANDASAN TEORI
Mikroskop cahaya menggunakan gelombang cahaya
sebagai sumber iluminasinya. Tergolong ke dalamnya mikroskop medan terang,
medan gelap, kontras fase, pendar fluor. Di pihak lain mikroskop electron menggunakan
electron untuk iluminasinya. Ada dua macam mikroskop electron yaitu tipe
transmisi dan tipe pagar. Sebuah mikroskopyang baik dengan perlengkapan optic
medan terang merupakan alat paling dasar bagi seorang mikrobiologiwan. Seperti
tercermin dari namanya, mikroskop medan terang adalah suatu bentuk mikroskop
dengan medan yang mengelilingi specimen kelihatan terang (berwarna cerah),
sedangkan spesimennya memperlihatkan warna lebih gelap. Hal ini disebabkan
karena cahaya dari sumbernya lewat melalui system-sistem lensa ke atas tanpa
mengalami perubahan sehingga terbentuklah medan yang terang (Hadioetomo, 1990).
Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah
bersih tidak disterilkan dalam autoklaf, karena barang-barang tersebut akan
tetap basah setelah sterilisasi. Alat-alat dari gelas dimasukkan ke dalam oven
kering selama 2-3 jam pada temperature 1600C - 1700C, hal
ini bergantung pada banyak sedikitnya muatan yang dimasukkan dalam oven.
Alat-alat yang belum bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven
kering (Schlegel, 1994).
Di dalam pelajaran mikrobiologi
sering kali kita perlu memindahkan biakan kaldu cair dalam jumlah tertentu.
Pemindahan semacam itu dilakukan dengan menggunakan pipet serologis. Perbedaan
anra pipet serologis dengan pipet volumetric yang biasa digunakan dalam kimia
kuantitatif ialah bahwa pipet serologis mempunyai sekala bergaris sehingga kita
dapat memindahkan berbagai jumlah (Yohannes, 1979).
Kita semua dapat memaklumi, andai
kata medium dan alat-alat yang kita pergunakan dalam praktikum tidak steril,
niscaya kita tidak akan memperoleh hasil yang kita inginkan. Maka
langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita mengadakan praktikum
ialah mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat perlengkapannya. Umumnya
peralatan gelas yang dipakai adalah gelas dengan merk Pyrex atau gelas-gelas
yang terbuat dari boro-silikat atau setidak-tidaknya botol-botol yang tidak
pecah jika disterilisasi dengan autoklaf. Autoklaf biasanya digunakan untuk
sterilisasi alat-alat seperti pipet, skapel, gunting, pinset, cawan petri,
botol dan lain sebagainya (Suryowinoto,1996).
Salah satu cara untuk mensterilkan
medium adalah dengan menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat serupa tangki
minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan di
dalam autoklaf selama 15 hingga 20 menit, hal ini bergantung kepada banyak
sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Biasanya autoklaf sudah diatur
sedemikian rupa, sehingga pada suhu 1210 tekanan ada sebesar 15 lbs
(pounds) per inchi persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2 .
Penghitungan waktu 15 hingga 20 menit itu dimulai semenjak thermometer pada
autoklaf menunjuk 1210C. autoklf tidak boleh dibuka tiba-tiba. Jika
demikian, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap kemana-mana.
Sebaiknya kita menunggu hungga manometer menunjukkan 0. barulah autoklaf dibuka
(Dwidjoseputro,1985).
LANGKAH KERJA
1. Didengar penjelasan yang diberikan oleh
dosrn ketika penjelasan alat-alat yang akan digunakan praktikum mikrobiologi.
2. Alat-alat yang ada dan dijelaskan kemudian
diamati dan dicatat.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Nama Alat
|
Gambar Alat
|
1
|
Mikroskop Cahaya
|
|
2
|
Gelas Benda
|
|
3
|
Gelas Penutup
|
|
4
|
Jarum Preparat
|
|
5
|
Jarum Enten
|
|
6
|
Ose (loop)
|
|
7
|
Pipet
|
|
8
|
Cawan Petri
|
|
9
|
Erlenmeyer
|
|
10
|
Inkubator
|
|
11
|
Water Bath
|
|
12
|
Autoklap
|
|
13
|
Lampu Bunsen
|
|
PEMBAHASAN
Pada praktikum mikrobiolagi, diperlukan
berbagai macam alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan praktikum.
Tanpa salah satu alat tersebut, maka kegiatan praktikum tidak akan dapat
berjalan dengan sempurna. Untuk mengenal lebih jauh tentang alat tersebut dan
demi kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan praktikum selanjutnya, maka
pengenalan alat-alat praktikum diletakkan sebagai acara pertama dalam kegiatan
praktikum mikrobiologi umum, dengan maksud agar para praktikan lebih jauh
mengenal alat-alat praktikum yang digunakan. Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mikrobiologi antara lain:
A. Mikroskop adalah sebuah alat yang di
gunakan untuk memperbesar bayangan sebuah benda, terutama benda-benda yang
sulit dilihat dengan mata telanjang.
Adapun bagian-bagian
mikroskop:
1. Lensa Okuler yaitu lensa yang paling dekat
dengan mata
2. Lensa Objektif yaitu lensa yang berada
dekat dengan benda yang akan diamati.
3. Meja Benda merupakan tempat untuk
meletakkan preparat.
4. Tubus (tabung mikroskop) fungsinya untuk
mengatur fokus dan menghubungkan lensa obyektif dengan lensa okuler.
5. Sekrup Pengatur Tubus (kasar) berfungsi
untuk mengatur lensa obyektif ke posisi
paling dekat dengan obyek.
6. Sekrup Pengatur Tubus (halus) berfungsi
untuk memepertajam bayangan obyek dengan cara memutar sekrup ke depan atau ke
belakang.
7. Revolver mengatur perbesaran lensa
obyektif dengan cara memutarnya.
8. Kondensor berfungsi untuk mengumpilkan
cahaya yang masuk, alat ini dapat di putar dan dinaik turunkan.
9. Lengan
Mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.
10. Penjepit Kaca berfungsi untuk menjepit
gelas benda agar tidak mudah bergeser.
11. Kaki Mikroskop berfungsi untuk menyangga
atau menopang mikroskop
B. Gelas Benda, merupakan salah satu
kelengkapan dalam kegiatan praktikum fungsinya untuk
meletakkan preparat.
C.
Gelas Penutup, digunakan untuk menutup obyek
yang diletakkan di atas gelas benda untuk menghindari kontak langsung antara
lensa obyektif mikroskop dengan obyek yang diamati.
D.
Jarum Preparat, digunakan untuk menipiskan dan melepaskan
gumpalan-umpalan obyek di atas gelas benda, terutama obyek yang berupa potongan
media yang mengandung miselium jamur sebelum ditutup dengan gelas penutup.
E.
Jarum Enten,
digunakan untuk mengambil biakan dalam jumlah kecil (kira-kira berukuran 1mm x
1mm) dari dalam tabung buakan atau dari cawan petri.
F.
Ose (Loop), digunakan untuk mengambil biakan
yang berupa suspensi, untuk diletakkan diatas gelas benda.
G.
Pipet (pipet tetes), digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah kecil tanpa harus
mengetahui jumlahnya yang pasti.
H.
Cawan Petri (Petri dish), adalah sepasang cawan gelas
yang salah satunya berukuran lebih kecil dari yang lain, sehingga jika
ditangkupkan, bagian yang lebih besar menjadi penutup bagian yang lebih kecil.
Alat ini terbuat dari bahan gelas atau palstik.
I.
Erlenmeyer, digunakan
sebagai wadah bahan yang berupa larutan. Dengan alat ini bahan dapat dikocok,
dipanaskan dengan lebih aman karena diameter mulutnya yang jauh lebih kecil
daripada diameter dasarnya.
J. Incubator
adalah sebuah ruangan tertutup berbentuk seperti lemari es dan suhunya dapat
diatur
K.
Penangas air (water bath) adalah alat pemanas air yang
suhunya dapat diatur biasanya berkisar antara suhu kamar sampai dengan 1200C.
alat ini dugunakan untuk mempertahankan suhu media agar tidak membeku sebelum
dituang ke dalam cawan Petri.
L. Autoklaf
adalah alat yang digunakan ntuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan tinggi
M. Lampu Bunsen berfungsi untuk memanaskan jarum
yang akan digunakan untuk mengambil biakan agar tetap steril.
Selain pengenalan alat-alat tersebut,
diperagakan juga bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut agar para
praktikan dapat lebih mengenal dan memahami cara kerja alat-alat tersebut
sehingga dalam kegiatan praktikum mikrobiologi yang akan dating tidak ada
kesalahan-kesalahan kecil maupun kesalahan fatal yang dilakukan praktikan dalam
melakukan praktikum.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan
dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1.
Pada kegiatan praktikum mikrobiologi, diperlukan
alat-alat khusus untuk mendukung kelancaran kegiatan praktikum.
2.
Masing-masing alat memiliki kegunaan dan cara kerja
yang berbeda.
3.
Untuk menggunakan alat-alat paktikum diperlukan teknik
khusus dalam mengerjakannya sehingga diperlukan keterampilan dan ketelitian
yang tinggi.
ACARA II
MORFOLOGI JAMUR BENANG
Tujuan
Praktikum :
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu
untuk mengetahui morfologi beberapa jamur benang baik secara makroskopis maupun
secara mikroskopios dan membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Adapun klasifikasi jamur yang
penting dalam pembicaraan mikrobiologi ialah kelas Mycomycetes, kelas
Pycomycetes, kelas Ascomycetes, dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang
penting diantara kelas Pycomycetes dan kelas Ascomycetes ialah bahwa miselium
Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium
Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat
bercabang-cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri
atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu
terwadahi dalam suatu sel (Dwidjoseputro,1985).
Sebagian besar eukariota tumbuh
sebagai filament tubular yang disebut hifa. Jalinan massa hifa disebut
miselium. Hifa adalah senositik, artinya tidak digolongkan menjadi sel-sel
tersendiri. Walaupun sekat dijumpai, beberapa tetap berlubang-lubang sehingga
sitoplasma dan nucleus banyak didalam hifa bebas mengalir ke seluruh miselium.
Dinding hifa diperkuat oleh kitin, suatu polimer dari N-asetil glukosamina
pautan diantara gula-gula seperti yang ada pada selulosa dan peptidoglikan dan
pembentukan macam kekakuan struktur yang sama seperti halnya polimer-polimer
tadi. Fungi tidak mempunyai klorofil dan karena itu heterotrifik. Fungi
dikelompokkan menjadi Phycomycetes berdasarkan dua kriterianya yaitu
pembentukan spora didalam sporangium dan tidak mempunyai septa (dinding sekat)
pada hifa. Tetapi agaknya kedua kategori itu bukan dasar yang memadai untuk
menyatakan hubungan kerabatnya (Kimball,1999).
Jamur dibagi dalam 4 divisi yaitu:
a.
Zygomycetes : hifa bersifat koenositik. Spora seksualnya
adalah zygospora dan spora aseksualnya adalah sporangiospora. Contohnya Rhizopus sp dan Mucor sp.
b. Ascomycetes : hifa
bersifat koenositik. Pembiakan seksual pada yang bersel satu, konjugasi antara
2 gametangia menghasilkan zigot, kemudian membesar menjadi askus. Pembiakan
aseksual pada yang bersel banyak dengan konidia (konidiospora), pada yang
bersel satu dengan membentuk tunas. Contohnya Penicillium sp.
c. Basidiomycetes : hifanya
bersekat, pembiakan seksual dengan konidia. Pembiakan aseksual dengan
basidiospora. Contohnya Volvariela sp.
d. Deuteromycetes : bentuk
seperti khamir atau filament. Hifa seperti Ascomycetes. Tidak mempunyai stadia
seksual. Spora aseksual adalah berbagai bentuk konidia. Contohnya Tricosporon sp, Aspergillus sp (Lay,
1994).
Nama yang diberikan untuk cendawan
(fungi) berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani :
mykes, Latin : fungus). Fungi termasuk eukariot, dan memiliki sifat-sifat
tertentu sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki dinding sel, vakuola
berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan
juga sifat nyata ketidakmampuannya untuk tidak bergerak. Fungi tidak mengandung
pigmen fotosintesis dan bersifat C-heterotrof (khemoorganoheterotrof). Fungi
tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan
organic. Kalau dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan terbagi-bagi dalam daung,
batang, dan akar, fungi menunjukkan diferensiasi yang sederhana dan juga hampir
tidak ada pembagian kerja. Benda fegetasi fungi adalah talus. Talus terdiri
dari benang-benang dengan garis tengah 5 mikron, yang bercabang-cabang beberapa
dan juga melanjutkan diri di atas atau ke dalam substrat nutrient. Benang atau
hifa ini terdiri dari dinding sel dan sitoplasma dengan benda-benda inklusi.
Keseluruhan massa hifa talus fungi disebut miselium. Pada fungi derajat tinggi
miselium membentuk utas-utas tali tebal, rizomorf yang berfungsi sebagai
pengangkut zat (Schlegel, 1994).
Jamur ada yang menguntungkan dan ada
yang merugikan. Contoh jamur yang menguntungkan adalah Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
stoloniferus yang berperan dalam pembuatan tempe, Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap, Penicillium chrysogenum dan Pencilliun
rotatum sebagai penghasil penisilin, Penicillium
requeorti dan Penicillium cemmemberti
untuk pembuatan keju. Sedangkan contoh jamur yang merugikan adalah Mucor Parasiticus sebagai penyebab penyakit kulit dan Aspergillus fumigatus sebagai penyebab penyakit TBC-semu
(Suriawiria, 1993).
CARA KERJA
Adapun cara kerja yang dilakukan
pada praktikum ini yaitu :
1. Dibersihkan
gelas benda dengan tissue hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diletakkan
setetes air suling di bagian tengahnya.
2. Diambil
sedikit miselium dari biakan murni jamur dengan jarum preparat dan diletakkan
di atas tetesan air suling. Jika miselium ini terlalu padat, diratakan dengan
memisah-misahkan miselium dengan bantuan jarum preparat dan jarum enten.
3. Ditutup
preparat dengan gelas penutup. Harap dijaga, agar pada saat gelas penutup
diletakkan tidak terbentuk gelembung udara di bawah gelas penutup.
4. Diamati
dengan mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah. Untuk jamur yang ukuran kecil seperti Mucor sp. Perbesaran dapat di tingkatkan
untuk memperjelas kenampakan jamur.
5. Digambar dan beri keterangan-keterangan
lengkap.
HASIL PENGAMATAN
Trichoderma sp
Keterangan :
1.Spora / konidia
2. Konidia fora
3. Hifa
4.
Sterismata
Perbesaran 10 x 40
Aspergilus sp
Keterangan
:
1.
2.
3 3.Kondofor
Perbesaran 10 x 40
Fusarium sp
Keterangan
:
Perbesaran
10 x 40
Mucor sp
Keterangan
Perbesaran 10 x 40
Penicillum sp
Keterangan
:
Perbesaran
10 x 40
PEMBAHASAN
Jamur benang merupakan jamur-jamur
berbentuk benang multiseluler (bersel banyak). Adapun ciri-cirinya antara lain
tidak berklorofil, bersifat eukariotik, hidupnya heterotrof baik secara parasit
atau saprofit. Dinding selnya tersusun dari kitin, bentuk tubuhnya bersel
banyak dan menyerupai benang yang disebut dengan hifa. Hifa bercabang-cabang
membentuk jaring yang disebut miselium.
Pada praktikum ini, dilakukan
pengamatan terhadap berbagai macam jamur yaitu Aspergilus sp, Penicillium
sp, Mucor sp, Fusarium sp dan Trichoderma sp.
Aspergillus sp umumnya
terdapat pada kulit buah, keju, dan bagian tumbuhan yang mati. Aspergillus sp membentuk konidia
berwarna hijau kebiruan. Konidia terletak dibagian luar ujung hifa yang
menggelembung. Perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk badan buah yang
berbentuk bulat,kecil dan berwarna kuning. Aspergillus
sp banyak digunakan dalam pembuatan makanan tradisiona.
Penicillium sp memiliki tempat
hidup dan sifat yang mirip Aspergillus
sp. Akan tetapi berbeda dengan
Aspergillus sp, konidia Penicillium
sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang. Jamur ini dikenal sebagai jamur
penghasil antibiotic yaitu penicillin.
Mucor
sp merupakan kelompok Phycomycetes, hidupnya saprofit pada sisa-sisa
makanan yang banyak menandung karbohidrat.
Mucor sp berkembang biak dengan 2 cara yaitu dengan spora yang semacam saja
dan spora yang berlainan jenis. Spora-spora yang sejenis itu dihasilkan oleh
sporangium yang tumbuh pada ujung hifa. Mul-mula ujung suatu hifa
menggelembung, kemudian protoplast yang ada di dalam gelembung itu membelah
diri menjadi spora. Jika spora itu telah dewasa maka pecahlah sporangium
sehingga spora itu bertebaran kemana-mana. Penyebaran Mucor sp berlangsung sangat cepat karena sporangiospora dibentuk
dalam jumlah besar. Pembiakan aseksualnya terjadi dengan pembentukan sporangium
dan sporangiospora. Dari miselium yang tumbuh subur, tumbuh poros-poros samping
dengan tegak lurus yang membatasi diri dengan melintang dan ujungnya membengkak
menyerupai kepala.
Fusarium sp hidup secara
parasit pada batang tebu, padi, pisang, tomat dan kentang. Hifanya bersepta.
Pada praktikum kali ini, tidak ditemukan gambaran Fusarium sp secara lengkap, yang terlihat hanyalah konidia
(makrokonidia) saja. Hal ini disebabkan karena adanya ketidaktelitian praktikan
yang menyebabkan kesalahan pada saat meyiapkan preparat
Trichoderma sp merupakan
salah satu jamur yang menguntungkan yaitu sebagai antagonis terhadap jamur lain
yang bersifat patogenik. Trichoderma sp
menghasilkan enzim selulosa yang dapat diisolasi dan dimurnikan. Dengan
selulosa ini, Trichoderma sp dapat
memproduksi protein sel tunggal. Jamur-jamur diatas merupakan bagian kecil dari
jumlah jamur yang terdapat di alam.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil pengamatan dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1.
Jamur benang merupakan organisme multiseluler (bersel
banyak).
2.
Jamur benang memiliki bentuk tubuh yang menyerupai
benang dan disebut hifa.
3.
Penicillium sp
dan Aspergillus sp memiliki kemiripan
dalam hal sifat dan tempat hidup, tetapi konidia panicillium sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang.
4.
Bentuk spora jamur benang dibedakan berdasarkan
reproduksi seksual dan reproduksi aseksualnya.
ACARA III
PEMBUATAN MEDIA
Tujuan Praktikum :
Ada pun Tujuan dari Praktikum ini adalah Untuk
mengetahui cara membuat media yang umum digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme, mengetahui
jenis dan kegunaan media yang mampu membuat media Potato Dextrose Agar (PDA),
Natrium Agar (NA), dan Tauge Cair (TC).
LANDASAN TEORI
Medium
adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba.selain untuk menumbuhkan mikroba,memperbnayak isolat,
pengujian isolat, pengujian sifat-sifat fisiologi dan untuk pertumbuhan jumlah
mikroba (Anonim, 1987)
Bila
digunakan media cair sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena
telah kecil dan tidak tetap tinggal dirtempatnya. Akan tetapi, bila sel-sel
tersebut dipisahkan dengan cara pengeceran, kemudian ditumbuhkan dalam media
padat dan dibiarkan membentuk koloni,maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat
diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang dipisah.isolasi
mikroba dapat dilakukan dengan 4 cara
yaitu :goresan,taburan, sebaran dan tusukan (dwijoseputro,1987)
Bentuk
tubuh bakteri itu dipengaruhi oleh keadaan medium dan oleh usia. Maka untuk
membandingkan bentuk serta besar kecilnya mikroba itu perlulah diperhatikan
bahwa kondisi bakteri itu harus sama penyinaran oleh umber cahaya apapun harus
sama dan usia piaraan harus sama. Pada umumnya, bakteri dari piaraan yang masih
muda yaitu 6 sampai 12 jam, itu tampak lebih besar daripada berasal dari koloni
yang lebih tua (Athur,1991).
Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan dari satu jenis mikroba dengan mikroba
yang lain. Yang berasal dari bermacam-macam campuran mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkandalam media padat karena dalam media padat sel- sel
akn membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel tersebut
tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah, sehingga
memudahkan pemisahan selanjutnya (Sutedjo,1991)
Pembiakan
mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan
oleh mikroorganisme utuk pertumbuhan sintesis sel, keperluan energy dalam
bentuk metabolism dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber
energy, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur,
fosfat,oksigen,hydrogen, serta unsure-unsur lainnya.dalam bahan dasar medium
dapat ditumbuhkan factor pertumbuhan berupa asam amino,vitamin atau nukleutida
(Lim,1998).
Pada
umumnya semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua bentuk yaitu
media cair (Broth media) dan media padat (Solid media). Suatu cara yang mudah dan
umum dilakukan untuk membuat media padat adalah dengan cara menambahkan suatu
zat pemadat pada medium cair yang kemudian akan memadat bila telah dingin. Zat
pemadat yang paling umum digunakan adalah agar, yaitu senyawa yang diperoleh
dari ganggang laut dan tersedia dalm betuk kering dan sudah dimurnikan (Pelzar
dan chan,1986).
CARA KERJA
A.
Pembuatan medium potato Dextrose Agar (PDA)
Langkah-langkah
yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :
1)
Dikupas kentang, kemudian dipoton-potong seperti kubus
dengan ukuran kurang lebih 1 cm
2)
Direbus aquades sampai kentang benar-benar empuk
3)
Disaring dengan kain saring bersih
4)
Ditambahkan dextrose sedikit demi sedikit sambil diaduk
dan dipanaskan hingga larut
5)
Ditambahkan agar sedikit demi sedikit sambil diaduk dan
dipanaskan hingga agas mencair dan larut.
6)
Larutan yang telah homogeny dituunkan kemudian air yang
hilang kemudian ditambahkan sampai vol 200 ml.
7)
Ditutup dengan kapas dan alumunium soil.
B.
Pembuatan media NA
Langkah-langkah
yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :
1)
Dipanaskan air 200 ml.
2)
Dimasukkan ekstrak daging sebanyak gr dan pepton gr sambil diaduk.
3)
Dimasukkan agasr sedikit demi sedikit.
4)
Diturunkan dan didinginkan sebentar lalu dimasukkan
kedalam erlemeyer 200 ml dengan menggunakan corong.
5)
Ditutup dengan menggunakan kapas dan aliminium foil.
C.
Pembuatan media TC (Tauge Cair)
Langkah-langkah
yang digunakan dalam pembuatan medium ini adalh sebagai berikut :
1)
Dipanaskan air 200 ml hingga mendidih.
2)
Dimasukkan tauge dalm gelas kimia yang bersih yang
berisi air panas tersebut hingga tauge melunak.
3)
Disaring dengan kain saring bersih.
4)
Ditambahkan sukrosa sedikit demi sedikit sambil diaduk
hingga rata.
5)
Dimassukkan air rebusan tauge pada erlemeyer hingga 100
ml.
6)
Ditutup dengan menggunakan kapas dan alumiunium foil.
HASIL PENGAMATAN
a.
Pembuatan media PDA
Bahan
|
Warna
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
Air
rebusan kentang
|
tidak
berwarna
|
Kuning
keruh
|
Dextrose
|
Kuning
keruh
|
Kuning
keruh
|
Agar
|
Kuning
keruh
|
Kuning
keruh
|
b.
Pembuatan media NA
Bahan
|
Warna
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
Ekstrak
daging
|
tidak
berwarna
|
coklat
tea
|
Dextrose
|
coklat
tea
|
coklat
tea
|
Agar
|
coklat
tea
|
coklat
tea
|
c.
Pembuatan media TC
Bahan
|
Warna
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
Air
rebusan tauge
|
tidak
berwarna
|
keruh
|
sukrosa
|
keruh
|
keruh
|
PEMBAHASAN
Medium adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain
untuk menumbuhkan mikroba, memperbanyak isolate, pengujian isolate, pengujian
sifat-sifat fisiologi dan untuk perhitungan jumlah mikroba. Pada praktikum kali
ini dibuat beberapa macam media yaitu PDA ( Potato Dextrose Agar), NA (Natrium
Agar), dan TC (Tauge Cair).
PDA termasuk medium semi alamiah karna tersusun atas bahan alami
(Kentang), dan bahan sintesis (dextrose dan Agar). PDA merupakan media yang
digunakan untuk menumbuhkan jamur.
NA (Natrium
Agar), termasuk dalam medium semi alamiah karna tersusun atas bahan alami (
daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). Natrium agar umumnya digunakan
untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi dari bahan yang digunakan dalam medium NA
iantaranya daging sebagai sumber vitamin B. mengandung nitrogen organic dan
senyawa karbon. Pepton digunakan sebagai sumber utama nitrogen organic dan
sumber nutisi serta agar digunakan untuk memadatkan medium NA. perubahan warna
setelah ekstrak daging, pepton dan agr dicampur menjadi berwarna coklat tea.
Medium TC (Tauge Cair), termasuk dalam medium semi alamiah. Media TC
digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang hidupnya anaerob terutama bakteri.
Media ini digunakan dalam bentuk cair.adapun fungsi dari bahan-bahan yang
dipakai dalam pembuatan TC adalah tauge sebagai
bahan sumber vitamin, nitrogen organic dan senyawa karbon,sukrosa
sebagai sumber gula dan energy. Warna yang dihasilkan adalah keruh disebabkan
karna adanya pengaruh sukrosa yang ditambahkan pada tauge cair tesebut.
Medium-medium ini memiliki fungsi atau kegunaan yang berbeda-beda.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan dan pembahasan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Perbedaan warna yang di hasilkan pada setiap mediaum
baik PDA, NA, dan TC dipengauhi oleh bahan-bahan yang digunakan.
2.
Setiap medium memiliki fungsi yang berbeda-beda sebagai
medium tempat pertumbuhan mikroba.
3.
Media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk
menumbuhkan jamur, media NA (Natrium Agar) digunakan untuk menumbuhkan bakteri
dan media TC (Tauge Cair) digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang hidupnya
anaerob terutama bakteri.
ACARA IV
ISOLASI MIKROBA DAN
MORFOLOGI KOLONI BAKTERI
Tujuan Praktikum :
Pelaksanaan
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat melakukan beberapa cara
dalam mengisolasi mikroba. Bertujuan juga untuk mengamati pertumbuhan dan
bentuk-bentuk koloni bakteri.
LANDASAN TEORI
Biakan
murni yaitu keturunan-keturunan dari satu sel tunggal(klon). Tugas paling utama
para ahlli mikrobiologi adalah membuat biakan murni, membuktikan kemurniannya
dan untuk mempertahankan biakan
murni bebas dari kontaminan. Isolasi biakan murni dengan beberapa kekecualian dilakukan di atas atau di dalam
media biak padat. Pelaksanakannya dimulai dengan memisahkan satu sel tersebut
dari populasi sel dan memerlukan bahwa koloni yang tumbuh dari sel ini tetap
terpisah dari sel-sel atau koloni-koloni lain. Jenis bakteri aerob diisolasi
dengan perlakuan tuang-cawan menurut Koch, atau dengan mengoleskan ose kawat
platina di atas medium agar yang memerlukan lebih banyak kerja(Schlegel,
1994:217).
Cara
gores pada umumnya merupakan metode semai yang paling berguna. Dawai bengkok
yang steril dicelupkan ke dalam suspensi organisme yang diencerkan lalu dibuat
serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar
yang telah padat. Inokulum menjadi makin encer dengan setiap goresan yang
berturut-turut, sehingga biarpun goresan pertama menghasilkan pertumbuhan yang
rapat, koloni yang terisolasi dengan baik tumbuh disepanjang garis yang lebih
kemudian digoreskan(Stanier, 1984:35).
Mikoorganisme
dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang disebut medium. Banyak sekali
media yang tersedia: macamnya yang dipakai bergantung pada banyak faktor, salah
satu di antaranya macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Andaikanlah kita
ingin mengisolasi biakan murni bakteri dari mulut kita. Maka liur itu
diinokulasikan sedikit saja pada medium yang cocok sedemikian rupa sehingga
sel-sel mikroba tumbuh terpisah-pisah pada medium tadi. Bahan yang
diinokulasikan pada medium itu disebut inokulum(Pelchzar, 2008:85-86).
Prinsip
dari inokulasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mekroba lain
yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkan dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya(Nur dan Asnani, 2007).
Dikenal
beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh speseis individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat
terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati(Afrianto, 2004).
CARA KERJA
1.
Cara
Goresan
a. Dicairkan nutrien agar dalam penangas air
sampai suhunya mencapai 50oC.
b. Dituangkan secara asetis ke dalam cawan
petri steril, dibiarkan dingin dan padat
c. Diambil sat ose suspensi biakan (Bacillus
sp. dan Staphylococcus)
secara aseptis. Kemudian digoreskan ujung ose di atas permukaan medium
masing-masing.
d. Dibungkus cawan petri dengan kertas sampul
dan diberi etiket.
e. Diinkubasi pada inkubator.
f. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan
koloninya.
2.
Cara
sebaran
a. Dicairkan nutrien agar dalam penangas air
sapai suhunya mencapai 50oC.
b. Dituangkan secara aseptis ke dalam cawan
petri steril, dibiarkan dingin dan padat.
c. Diambil 0,5-1 ml suspensi dengan pipet
mikro steril dan diletakkan diatas permukaan medium masing-masing yaitu
suspensi Bacillussp. dan Staphylococcus.
d. Diratakan dengan menggunakan drigalski
yang digerakkan dengan arah memutar.
e. Dibungkus dan diberi label, kemudian
diinkubasi selama 2-3 hari.
f. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhan dan
penyebaran koloninya.
3.
Cara
Taburan
a. Dicairkan nutrien agar dalam penangas air
sampai suhunya mencapai 50oC.
b. Dituangkan secara aseptis ke dalam cawan
petri steril, dibiarkan dingin dan padat.
c. Diambil 2-3 ose suspensi bakteri dan
diletakkan di dalam cawan petri yang steril.
d. Dituangkan secara aseptis medium yang
sudah disiapkan ke dalam cawan petri steril dan digoyangkan dengan arah memutar
untuk meratakan.
e. Dibungkus dan deberi label, serta
diinkubasi selama 2-3 hari.
f. Diamati bentuk-bentuk pertumbuhannya.
4.
Isolasi
Khamir
a. Disiapkan media cair yang berisi khamir
b. Diambil satu ose suspensi biakan khamir
c. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi media cair.
d. Ditutup dengan alumunium foil dan
diinkubasi
e. Diulangi langkah-langkah di atas sekali
lagi
f. Diamati pertumbuhan khamir pada ulangan
pertama dan kedua
5.
Isolasi
Jamur Fusariumsp. Dan Trichodermasp.
a. Disiapkan media PDA yang telah ditumbuhi
oleh jamur fusarium sp. Dan trichoderma sp.
b. Diambil dengan jamur enten jamur Fusariumsp.
Dan Trichodermasp.dimasukkanjamur yang sudah diambil masing-masing ke
dalam cawan petri yang steril secara aseptis
c. Diinkubasi pada alat inkubator
d. Diamati pertumbuhan koloni keduanya.
HASIL PENGAMATAN
1.
Isolasi
Cara Goresan
No.
|
Indikator Pengamatan
|
Goresan
|
|
Staphylo coccus
|
Bacillus sp.
|
||
1.
|
Pemukaan
|
Halus mengkilat
|
Berkerut
|
2.
|
Bentuk
|
Circullar
|
Circullar
|
3.
|
Margin
|
Entire
|
Endulate
|
4.
|
Elevasi
|
Conveks
|
Umbonate
|
2. Isolasi Cara Sebaran
No.
|
Indikator Pengamatan
|
Sebaran
|
|
Staphylo coccus
|
Bacillus sp.
|
||
1.
|
Pemukaan
|
Halus mengkilat
|
Berkerut
|
2.
|
Bentuk
|
Circullar
|
Circullar
|
3.
|
Margin
|
Entire
|
Endulate
|
4.
|
Elevasi
|
Conveks
|
Umbonate
|
3. Isolasi Cara Taburan
No.
|
Indikator Pengamatan
|
Taburan
|
|
Staphylo coccus
|
Bacillus sp.
|
||
1.
|
Pemukaan
|
Halus mengkilat
|
Berkerut
|
2.
|
Bentuk
|
Circullar
|
Circullar
|
3.
|
Margin
|
Entire
|
Endulate
|
4.
|
Elevasi
|
Conveks
|
Umbonate
|
4.
Kamir
Pertumbuhan = ada
Bentuk koloni = titik-titik
Ulangan 1 = Keruh
Ulangan 2 = Keruh
5.
Fusarium
sp. Dan trichoderma sp.
Ø
Fusarium
sp.
Warna =
putih tulang
Panjang diameter Atas-bawah = 2,5 cm
Panjang diameter kiri-kanan = 3 cm
Diameter rata-rata = (2,5 + 3) / 2 = 2,75
cm
Ø
Trichoderma
sp.
Warna =
hijau
Panjang diameter Atas-bawah = 8,5 cm
Panjang diameter kiri-kanan = 8,7 cm
Diameter rata-rata = (8,5 + 8,7) / 2 = 8,6
cm
PEMBAHASAN
Percobaan
pada praktikum kali ini membahas tentang cara-cara atau teknik-teknik yang
digunakan dalam mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Dan mengamati
bentuk-bentuk koloni mikroba. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha
untuk menumbuhkan mikroba diluar lingkungan suatu alaminya. Tujuanya adalah
untuk memperoleh baikan yang sudah tidaktercampur lagi dengan mikroorganisme
lainnya yang disebut denganbiakan murni. Serta untuk mengetahui morfologi dari
koloni bakteri itu sendiri yang telah diisolasi.
Carayang
pertama digunakan adalah isolasi dengan cara goresan. Sistem atau cara ini
dilakukan dengan menggoreskanjarum yang sudah berisi biakan ke media yang sudah
disedikan dengan membuat goresan
sejajar.Setelah itu, hasil dari isolasi diinkubasi dan didiamkan selama
2 hari.Semuanya dilakukan secara asptis. Hasil dari isolasi yang dilakukan
kemudian diamati.Hasil pengamatan pada dua mikroorganisme yaitu Staphylo
coccus danBacillus sp.yang diisolasi menunjukan pertumbuhan yang
baik. Bentuk permukaan, margin, elevasi, dan bentk dari kedua mikroorganisme
tersebut berbeda. Staphylo coccusmemiliki
permukaan yang halus dan mengkilat, bentuk yang bulat, margin yang entire dan
elevasi yang konveks. Sedangkan pada Bacillus sp. bentuk permukaannya
kasar berkerut, bentuknya circullar marjin yang edulate dan umbonate. Keduanya
ditumbuhkan dalam Nutrien Agar dan perbedaan pada keduanya disebabkan oleh
perbedaan pada tingkat genus maupun spesial dari keduanya.Inilah yang
menyebabkan pertumbuhan dari mikroba tersebu berbeda tetapi masih memiliki
persamaan.
Cara
lain yang dilakukan adalah dengan teknik sebaran dan teknik taburan. Cara ini
juga menghasilkan koloni yang sama dengan cara goresan. Karena bakteri yang
dibiakkan juga sama.
Selanjutnya
adalah isolasi mikroba khamir yang dilakukan dengan metode pemindahan baik
menggunakan pipet mikro maupun pipet biasa. Khamir ditumbuhkan dengan
menggunakan media baik cair.Setelah dipindahkan dan diinkubasi,hasil pengamatan
menunjukkan adanya pertumbuhan khamir yang ditandai dengan kekeruhan pada media
biakan yang telah diinkubasi selama 2 hari. Pertumbuhannya berupa titik-titik
yang tersebar pada media biakan.
Percobaan
terakhir yang dilakukan adalah menumbuhkan Jamur Fusariumsp. dan Trichodermasp.
Setelah dilakukan teknik isolasi terhadap kedua mikroba tersebut, hasil
pengamatan ada keduanya adalah koloni Jamur Fusariumsp. tumbuh baik dan
berwarna putih tulang. Sedangkan koloni dari jamur Trichodermasp.
berwarna hijau. Diameter koloni keduanya jauh berbeda. Rataan diameter dari
Jamur Fusariumsp. Hanya 2,75 cm sedangkan Trichodermasp. rataan
diameternya sebesar 8,6 cm. Ini kemungkinan disebabkan oleh spesies dari kedua
jamur yang berbeda. Yang menyebabkan fase pertumbuhan dan kecepatan
pertumbuhannya jauh berbeda.
KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan dari hasil
praktikum kali ini adalah,
1.
Tekhnik
isolasi mikroorganisme adalah untukmenumbuhkan mikroba diluar habitat aslinya
untuk memperoleh biakan murni.
2.
Terdapat
tiga tekhnik yang digunakan untuk mengisolasi mikroba yaitu tekhnik goresan,
tekhnik sebaran dan tekhnik taburan.
3.
Media
yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba jenis bakteri adalah Media NA(Nutrien
Agar).
4.
Sedangkan
untuk menumbuhkan mikroba jenis Jamur digunakan Media Biakan PDA(Potato
Dekstrose Agar).
5.
Dan
Media penumbuhan untuk khamir adalah media cair.
ACARA V
MORFOLOGI SEl KHAMIR DAN PENGECATAN BAKTERI
Tujuan
Praktikum :
Untuk
mengenal bermacam-macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan sel hidup dan
menghitung persentase kematian khamir.
LANDASAN TEORI
Khamir
merupakan fungsi yang tidak berfilamen dan berproduksi melalui pertunasan dan
pembelahan sel. Bentuk koloni khamir
seringkali mirip Bakteri. Khamir digunakan untuk membuat anggur dan
roti, namun ada juga khamir yang dapat menimbulkan penyakit ( Lay, 1994 )
Banyak
khamir yang tergolong kelas Ascomeyceles Karena membentuk ascopora pola sederhana, Pembentukan ascorpora tampak pada daur
hidup Khamir yang tergolong Schizosaccharomyces. Secara aseksual genus ini
memperbanyak diri melalui pembelahan diri melintang. Khamir lain dalam kelas
ini seperti khamir Saccharomyces cereviseae ( digunakan untuk membuat roti,
anggur dan bir ), memperbanyak diri dengan aseksual dengan bertunas Ascomyceles
berfilamen adalah dengan pembentukan konydia dalam jumlah yang besar
(Dwidjoseputra.1998)
Sel
khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan ukuran 1-5 µm dan lebar
1-10 µm. Bentuk sel khamir bermacam-macam yaitu bulat, oval, silinder, ogival,
yaitu bulat panjang dengan satu ujung runcing, segitiga melengkung
(trianggular), berbentuk botol, berbentuk apikular, atau lemon merupakan
karakteristik bentuk khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi alami
buah-buahan yang mengandung gula (Fardiaz.1992)
Khamir
mempunyai bentuk dan ukuran sel berbervariasi tergantung pada jenisnya.
Bentuk-bentuk khamir antara lain seperti jamur, berbentuk bulat, batang,
silinder, dan ada juga yang berbentuk oval. Khamir dapat digunakan dalam
berbagai industri seperti fermentasi yaitu dalam pembuatan minuman keras dan
roti. Selain itu dapat digunakan sebagai obat-obatan dan sebagai protein sel
tunggal (Imam.1999).
Pengamatan
morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi, bahkan pengamatan
ini lebih penting dibandingkan dengan pengamatan fisiologi. Dalam pengamatan morfologi
yang perlu diperhatikan adalah hifa, spora
seksual spora aseksual, badan
buah, adanya bentuk-bentuk khusus (Kimball.1999).
CARA KERJA
A.
Pengecatan sederhana
Alat dan bahan yang digunakan yaitu Khamir 24 jam dan khamir 48 jam,
larutan cat methylen blue, gelas benda, gelas penutup, jarum ose dan mikroskop.
Langkah kerja yang dulakukan dalam pengecatan sederhana antara lain.
1.
Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup sehingga
terbebas dari lemak dan debu
2.
Diambil biakan murni Khamir secara aseptik yang berumur
24 jam dan 48 jam. Dan diletakan masing-masing gelas benda.
3.
Diambil satu tetes larutan cat methylen blue 1% dan
diletakan ditenganh-tengah atau diatas biakan murni Khamir 24 jam dan 48 jam
sehingga tercampur.
4.
Diletakan gelas penutup diatas bahan yang sudah dicat
tersebut, dijaga agaar wktu gelas penutup diletakan jangan sampai terbentuk
gelembung udara didalam preparat
5.
Dilakukan dalam lima bidang pandang dalam minghitung
sel Khamir dan yang mati
HASIL PENGAMATAN
NO
|
Pengecatan
|
Gambar
|
1
2
|
Sederhana
Sederhana
|
·
Khamir 24 Jam
·
Perbesaran 10 x 10
Keterangan : =
Khamir Mati
= Khamir hidup
·
Khamir 48 Jam
·
Perbesaran 10 x 10
Keterangan : =
Khamir Mati
= Khamir hidup
|
|
|
|
1.
Khamir 24 Jam
|
Bidang Pandang
|
Total
|
Rata-rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Sel Khamir mati (A)
Sel Khamir hidup (B)
|
11
10
|
5
8
|
5
10
|
5
11
|
4
16
|
30
55
|
6
11
|
Perhitungan
=
% hidup
=
= 64,7%
% mati =
=
= 35,2 %
1.
Khamir 48 Jam
|
Bidang Pandang
|
Total
|
Rata-rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Sel Khamir mati (A)
Sel Khamir hidup (B)
|
9
3
|
8
20
|
4
8
|
4
13
|
10
13
|
35
57
|
7
11,4
|
Perhitungan=
% hidup
=
= 61,9%
% mati =
=
= 38
%
PEMBAHASAN
Pada
praktikum ini diamati morfologi sel khamir yang dilakukan dengan cara
pengecatan sederhana. Pengecatan sederhana yang dilakukan pada sel khamir
berumur 24 dan 48 jam dengan menggunakan larutan cat Methylen Blue, bertujuan
untuk membedakan sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati dan menghitung
persentase kematian sel khamir. Hasil yang di dapatkan dari praktikum ini
adalah sel khamir yang berumur 24 jam dengan 5 daerah pandang yaitu pada daerah
satu jumlah sel khamir yang hidup yaitu 10 dan yang mati 11, pada daerah dua
jumlah sel khamir yang hidup yaitu 8 dan yang mati 5, pada daerah tiga jumlah
sel khamir yang hidup yaitu 10 dan yang mati 5, pada daerah empat jumlah sel
khamir yang hidup yaitu 11 dan yang mati 5, pada daerah lima jumlah sel khamir
yang hidup 16 dan yang mati 4. Untuk mendapatkan rata-rata sel khamir yang mati
dan sel khamir yang hidup yaitu dengan cara menjumlahkan sel khamir yang mati
dan sel khamir yang hidup dan dibagi dengan banyaknya bidang pandang. Setelah
didapatkan rata-rata sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati dibagi
rerata sel mati ditambah rerata sel khamir yang hidup dikali 100%.
Sedangkan
pada sel khamir berumur 48 jam hasil yang didapatkan yaitu pada daerah satu
jumlah sel khamir yang hidup yaitu 3 dan yang mati 9, pada daerah dua jumlah
sel khamir yang hidup yaitu 20 dan yang mati 8, pada daerah tiga jumlah sel
khamir yang hidup yaitu 8 dan yang mati 4, pada daerah empat jumlah sel khamir
yang hidup yaitu 13 dan yang mati 4, pada daerah lima jumlah sel khamir yang
hidup 13 dan yang mati 10. Cara perhitungan reratanya sama dengan penggunaan
rumus diatas. Untuk membedakan sel khamir yang hidup dan sel khamir yang mati
yaitu jika sel khamir berwarna gelap maka sel khamir tersebut dikatakan mati
sedangkan jika berwarna transparan maka sel khamir tersebut dikatakan hidup.
Pada sel khamir yang berumur 48 jam % kematiannya lebih besar dibandingkan
dengan sel khamir yang berumur 24 ja. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor
seperti umur sel khamir yang terlalu lama sehingga dalam pertumbuhannya
mengakibatkan sumber makanan yang tersedia sudah terbatas dan terjadi
persaingan untuk mendapatkan makanan dan ruang tempat hidup.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagsi berikut:
1.
Sel khamir yang hidup akan berwarna bening , sedangkan
sel khmir yang mati akan berwarna biru.
2.
% kematian sel khamir 48 jam lebih banyak dari %
kematian sel khamir 24 jam.
ACARA VI
MORFOLOGI SEL DAN
PENGECATAN BAKTERI
Tujuan Praktikum :
Pelaksanaan
praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan preparat bakteri
dengan latar belakang gelap dan mengamati bentuk serta besar sel yang sesungguhnya.
Selain itu juga, bertujuan untuk mempelajari cara pengecatan bakteri, baik
pengecatan sederhana, pengecatan negative, ataupun pengecatan gram.
LANDASAN TEORI
Salah
satu tekhnik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas
digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Dalam proses ini, olesan bakteri
yang terfiksasi dikenai larutan-larutan dalam urutan ungu Kristal, larutan
yodium, alcohol dan safranin atau beberapa pewarna bandingan lain yang sesuai.
Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok.
Bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu Kristal dikarenakan akan
tampak ungu tua. Kelompok lain adalah bakteri gram negative, kehilangan ungu
Kristal ketika dicuci dengan alcohol dan sewaktu diberi pewarna tandingan
dengan warna merah safranin, tampak berwarna merah(Pelchzar, 2006).
Ada
kalanya suatu medium perlu diwarnai dua kali.Setelah zat warna yang pertama
(ungu) terserap, maka sediaan dicuci dengan alcohol, kemudian ditumpangi dengan
zat warna yang berlainan yaitu dengan zat warna merah.Jika sediaan itu kemudian
kita cuci dengan air, lalu dengan alcohol, maka dua kemungkinan dapat
terjadi.Pertama, zat warna tambahan terhapus, sehingga yang Nampak ialah zat
warna yang asli (ungu).Dalam hal ini, sediaan (bakteri) kita sebut gram
positif.Kedua, zat warna tambahan (bertahan) hingga zat warna asli tidak
tampak. Dalam hal ini, sediaan (bakteri) kita katakan gram
negative(Dwijoseputro, 1987).
Sejumlah
besar koloni bakteri dan fungi menarik perhatian oleh warnanya yang mencolok,
disebabkan karena terjadi ekskresi zat warna ke dalam medium atau fermentasi
sel. Kemampuan membentuk zat warna terfiksasi secara genetic dan demikian
merupakan penanda khusus. Bentuk-bentuk pewarna mudah dikenal dan ditentukan identitasnya,
zat warna dapat merupakan derivate dari berbagai kelas(Hans, 1994).
Christian
Gram seorang ahli bakteri Denmark pada tahun 1884 secara kebetulan menemukan
prosedur pewarnaan gram.Pewarnaan ini mungkin merupadan salah satu prosedur
yang sangat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi mikroba.
Dengan metode ini, mikroba dapat dibedakan secara unum menjadi dua kelompok
besar yaitu: (a) organism yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu
Kristal yang disebut gram positif, (b) organism yang kehilangan kompleks warna
ungu Kristal pada waktu pembilasan dengan alcohol, namun kemudian terwarnai
oleh pewarna tandingan safranin sehingga sel tampak merah muda disebut gram
negative(Hadioetomo, 1985).
CARA KERJA
Pengecatan
Negatif
1. Dibersihkan
gelas benda dengan alcohol sehingga bebas lemak dan debu, didingin dan dikering
anginkan.
2. Diambil
suspense biakan murni Bacillus sp. Secara aseptis dengan ose dan
diletakkan pada permukaan gelas benda.
3. Ditambahkan
satu tetes larutan cat nigrosin pada suspense bakteri, diratakan dengan gelas
benda dan dikeringanginkan.
4. Diamati
dengan mikroskop sampai terlihat
5. Digambar
preparat yang tampak dengan latar belakang yang diarsir.
Pengecatan
Gram
1. Dibersihkan
gelas benda dengan alcohol sehingga bebas lemak dan debu, didingin dan dikering
anginkan.
2. Diambil
suspense biakan murni Bacillus sp. secara aseptis dengan ose dan
diletakkan pada permukaan gelas benda.
3. Ditambahkan
satu tetas cat utama (Gram A) pada permukaan lapisan bakteri sampai menutupi
lapisan tersebut.
4. Dibiarkan
beberapa saat, dilakukan pencucian dibawah air mengalir dan dikeringanginkan.
5. Diteteskan
larutan Mordan (Gram B) dan didiamkan 1-2 menit, kemudian dicuci dengan air
mengalir dan dikeringanginkan.
6. Diteteskan
larutan peluntur Alkohol (Gram C) dan dibiarkan selama 20-30 detik, kemudian
dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
7. Diberikan
cat penutup (Gram D), didiamkan selama 1-2 menit kemudian dicuci dengan air
mengalir dan dikeringanginkan
8. Diamati
denga mikrosop dimulai dari perbesaran kecil ke perbesaran kuat.
9. Digambar
dan diberi keterangan bakteri yang tampak, bentuk sel warna dan reaksi
pengecatannya.
10. Dilakukan
hal yang sama pada Bakteri E. coli juga.
HASIL PENGAMATAN
Ø Pengecatan Negatif
Ø Pengecatan Gram
PEMBAHASAN
Pengecatan
bakteri adalah suatu tekhnik yang digunakan untuk mengamati bakteri baik
bentuknya maupun hidup tidaknya.Terdapat beberapa tekhnik pengecatan yang
digunakan yaitu pengecatan negative dan pengecatan gram.Pengecatan negative
adalah pengecatan dengan mengecat latar belakang medium.Sedangkan pengecatan
gram adalah pengecatan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut berdinding
tebail atau tipis sehingga dapat ditentukan termasuk bergram positif atau
negative.
Berdasarkan
pada praktikum yang telah dilakukan dengan pengecatan negative pada Bacillus
sp.dapat diketahui bahwa Bacillus sp. berbentuk basil.Pada
pengecatan ini, yang dicat adalah latar belakangnya sehingga dapat dengan mudah
dapat dilihat bentuk dari mikroba yang diamati.Prinsipnya adalah bahwa latar
belakang yang dicat memudahkan untuk melihat bentuk mikroba yang diamati yang
tidak ikut terkena cat.Latar belakang berwarna biru dan mikroba transparan.
Pengecatan terakhir yang
dilakukan adalah pengecatan gram.Pengecatan ini bertujuan untuk membedakan
antara mikroba (bakteri) yang bergram positif ataupun mikroba yang bergram
negative. Pengecatan ini didasarkan pada kemampuan dari dinding sel untuk
menyerap cat-cat yang diberikan yang nantinya akan menandakan tebal tipisnya
diding sel yang dimilikinya. Artinya, kemampuan dari dinding sel bakteri untuk
tercat oleh cat-cat yang diberikan pada bakteri yang diamati.
Apabila
bakteri tersebut bergram positif, maka warna terakhir yang akan terbentuk
adalah warna ungu. Ini disebabkan karena dinding sel dari bakteri tersenut akan
mengikat dengan kuat cat pertama (Gram A) yang diberikan yang berwarna ungu.
Tidak mudah dilunturkan oleh alcohol dan tidak mudah ditutupi oleh cat penutup
(Gram D) yaitu safranin yang berwarna merah.Pada pengecatan yang dilakukan
didapatkan bahwa bakteri Bacillus sp. berwarna merah.Bacillus sp.
Termasuk gram positif karena akan berwarna ungu ketika di car dengan pengecatan
gram. Hasil pengamatan menunjukkan warna merah, ini kemungkinan disebabkan oleh
human error dimana pengecatan gram C (Alkohol) terlalu lama sehingga gram A
luntur dan yang terikat adalah gram D cat terakhir.
Bakteri E.coli pada
praktikum yang dilakukan pengamatan padanya didapatkan bahwa bakteri E.coli
bergram negative. Kerna dinding sel yang dimilikinya tipis sehingg mudah dilunturkan
dengan cat peluntur(Alkohol) dan tertutupi oleh safranin. Bentuk dari Bakteri E.
coli adalah seperti coccus.
KESIMPULAN
Berdasarkan
dari hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa,
1.
Pengecatan sel bakteri bertujuan untuk mengetahui
morfologi dari suatu sel, dapat mengetahui apakah sel dari bakteri yang diamati
masih hidup atau tidak.
2.
Pengecatan negative digunakan untuk memperjelas bentuk
bakteri.
3.
Pengecatan gram dilakukan dengan empat tahap pengecatan
secara berturut-turut yaitu Gram A, Gram B, Gram C dan Gram D.
4.
Pengecatan gram didasarkan pada kemampuan dinding sel
bakteri untuk menyerap warna atau cat yang diberikan dan tidak luntur ketika
diberikan Alkohol.
5.
Bakteri Bacillus sp. termasuk bergram positif.
ACARA KERJA VII
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PENENTUAN UKURAN MIKROBA
Tujuan
:
Untuk
menentukan jumlah mikroba keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup dan
dapat memprediksi berapa jumlah sel mikroba dalam sampel
‘
LANDASAN TEORI
Didalam suatu populasi mikroba tidak
semua sel maupun hidup terus.Yang dianggap sel hidup ialah sel yang mampu
membentuk koloni di dalam agar biak atau membuat suspense dalam larutan
biak.Sel yang mampu hidup inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk
menetapkan jumlah sel hidup.Pada jumlah total sel akan dihitung untuk semua sel
yang Nampak atau yang dapat dihitung dengan cara lain,sehingga dengan demikian
sel –sel mati dan cacat akan ikut dihitung (Schlegel ,1994).
Cara untuk menghitung jumlah bakteri
adalah perhitungan dengan mikoskop.Metode ini mempunyai kelemahan yaitu baik
sel yang hidup maupun maupun sel ya g mati terhitung semua.cara lain untuk
menghitung mikroba adalah dengan menggunakan turbiddimeter (turbid =keruh).Tiap
sampel yang diambil pada waktu-waktu tertentu kekeruhannya dengan menggunakan
Turbidimeter.Metode ini mempunyai kelemahan yang sama seperti yang terdapat
pada perhitunga dengan mikroskop (Dwidjoseputro,1985).
Jumlah sel yang dapat hidup
(fariabel) biasanya diperkirakan sebagai ukuran konsentrasi sel.Namun untuk
beberapa maksud kekeruhan kultur di ukur oleh rata-rata fptoelektrik,mungkin
berhubungan dengan perhitungan sel yang dapat hidup dalam membentuk kurva
standar.pada penggunaan ukuran ukuran Turbidimetrik harus di inggat bahwa
korelasi antara kekeruhan dan perhitungan yang dapat hidup dapat berubah ubah
selama pertumbuhan dan kematian kultur,sel-sel dapat kehilangan apabila tidak
mempertahankan kekeruhan kultur(Jawetz,2001)
Jumlah contoh yang diambil adalah banyaknya
0,01 ml dengan disebarkan dengan kaca obyek dengan kaca obyek dengan daerah
seluas 1cm.Dalam perhitungan digunakan lensa okuler khusus untuk
memperoleh luas lapangan pengelihatan menentukan factor koreksi mikroskop yang
diperlukan dalam perhitungan jumlah sel.Peritungan sel mendpat kesulitan bila
jumlah sel bakteri sedikit (20.000-50.000 sel bakteri) (Amin,1995).
Cara menghitung sel individu di
dalam volume sangat kecil biasanya dilakukan dengan counting chamber.Counting
chamber sedemikian rupa sehingga kotak-kotak dengan luas tertentu dengan
lapisan cairan dengan kedalaman yang diketahui dapat dimasukan diantaranya gelas obyek dengan gelas
tutup,akibatnya volume cairan yang menutupi stiap kotak diketahui dengan
tepat.Perhitungan langsung ini dikenal dengan jumlah sel total ( Stainer,1984).
CARA KERJA
Perhitungan jumlah mikroba dengan Haemacytometer
Langkah- langkah yang dilakukan
dalam perhitungan jumlah mikroba ;
1.
Dibersihkan haemocytometer dan dikeringkan
2.
Dibuat seri pengencaran suspensi mikroba dengan tujuan
agar suspense tidak terlalu pekat sehingga didalam pengamatan sel mudah
dihitung.
3.
Ditempatkan gelas penutup pada Haemocytometer tepat
pada petak petaknya kemudian ambil
suspense mikroba dengan pipet tetes dan dekatkan ujung pipet pada bagian
berlekuk pada Haemocytometer.Suspensi akan
mengalir masuk dengan sendirinya
kedalam petak peta Haemocytometer .Dihindari pemberian suspensi yang berlebihan.
4.
Diamati pada perbesaran mikroskop pada perbesara sedang
5.
Dihitung jumlah
mikroba rata-rata dari 5 petak untuk
menghitung jumlah mikroba tiap
millimeter bahan dengan cara seperti pada bakteri,tetapi kedalaman
Haemocytometer adalah 0,1mm.
HASIL
PENGAMATAN
Penentuan jumlah mikroba dengan
Haemocytometer
Ø
Gambar
hasil pengamatan Trichoderma
sp.
Perbesaran 10x40
Ø Gambar
hasil pengamatan Fusarium sp.
Perbesaran 10x40
Ø
Hasil perhitungan Trichoderma sp.
Kotak
|
Jumlah sel
|
1
|
110
|
2
|
116
|
3
|
123
|
4
|
109
|
5
|
104
|
Jumlah
|
562
|
Jumlah sel mikroba tiap ml :
= 564 x 5 x 10 x
1000
= 2810 x 10 x1000
= 2,81 x 107
Ø
Hasil perhitungan Fusarium sp.
Kotak
|
Jumlah sel
|
1
|
16
|
2
|
20
|
3
|
34
|
4
|
32
|
5
|
32
|
Jumlah
|
134
|
Jumlah sel
mikroba tiap ml :
= 134 x 5 x 10
x1000
= 670 x 10 x 1000
=6,7 x106
PEMBAHASAN
Perhitungan jumlah dan ukuranmikkroba
sangat penting dilakukan untuk mengatahui jumlah populasi mikroba baik dalam
tanah,air.bahan tanaman dan lain-lain.mikroba merupakan jasad hiadup yang
berukuran renik,tubuhnya ada yang berupa sel sederhana (seluller),berupa sel tunggal (multiseluler)
tanpa di defrensiasi (terbagi) dalam
jaringan organ fungsional atau tidak berupa sel (non-selullerra).
Pada peraktikum kali ini kita melakukan
perhitungan jumlah mikoba yaitu pada
jamur Trichoderma sp
dan fussarium sp dengan
menggunakan Haemocytometer dan alat-alat
pendukung lainnya. Perhitungan dengan Haemocytometer yaitu hasil pengenceran tidak di tanamkan
didalam cawan berisi media,tetapi di teteskan kedalam ruang
penghitung.selanjutnya dilihat menngunakan mikroskop.sel-sel mikroba yang
terdapat didalam kolom-kolom perhitungan.
Pada Trichoderma
sp dilakukan perhitungan dengan dengan mengunakan 5 bidang pandang di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400 dengan hasil perhitungan pada bidang pandang 1 yaitu 110,bidang pandang 2 yaitu
116,bidang 3 yaitu 123,bidang pandang 4
yaitu 109 dan pada bidang pandang 5 yaitu 104. Dengan jumlah keseluruhan adalah
562.Sehingga jumlah sel mikroba pada tiap ml adalah 2,81 x 107 spora
dengan bentuk sel bulat
Fusarium
sp juga di lakukan perhitungan dengan menggunakan 5 bidang pandang
dibawah mikroskop dengan perbesaran 100
dengan hasil perhitungan pada bidang pandang 1 yaitu 16,bidang pandang 2 yaitu
20,bidang pandang 3 yaitu 34,bidang pandang 4 yaitu 32 dan pada bidang pandang
5 yaitu 32. Jumlah keseluruhannya adala 134,sehingga jumlah mikroba pada tiap
ml adalah 6,7 x 106 .Bentuk sel Fusarium
sp adalah basil (batang).
Perhitungan langsung melalui alat atau
ruang hitung memiliki keunggulan dan kelemahan dan keuntungan yaitu bahwa semua
sel mikroba baik yang masih hidup maupun yang sudah mati akan terhitung secara langsung.sedangkan kelemahannya
kesalahan menghitung akan didapatkan apabila system pengenceran tidak homogeny
lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan,maka dapat diartikan kesimpulan sebagi berikut:
1.
Perhitungan jumlah mikroba dan ukuran mikroba sangat
penting untuk mengetahui jumlah populasi
mikroba dalam tanah,air,tanaman dan lain-lain.
2. Haemocytometer yaitu alat yang digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba.
3.
Perbandingan jumlah sel Trichoderma sp dan Fusarium
sp.
ACARA VIII
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROBA
Tujuan praktikum :
Untuk
mengetahui pengaruh temperature minimum dan maksimum serta optimum terhadap
pertumbuhan mikroba. Dan untuk
mengetahui pengaruh zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
LANDASAN TEORI
Konsentrasi
solute di dalam sel microbe secara khas lebih tinggi daripada konsentrasi
solute dalam lingkungan di luar sel. Hal ini berlaku bagi konsentrasi baik
dalam lingkungan alam microbe maupun dalam kebanyakan media biakan. Lagi pula
solute yang larut di dalam sel secara kualitatif berbeda dengan lingkungan yang
ada di luar sel. Halangan utama untuk mengatur arus zat yang larut antara sel
dan lingkungan luarnya adalah membrane sel(Stainer, 1984).
Masing-masing
mikrobia memerlukan temperature tertentu untuk hidupnya.Temperature pertumbuhan
suatu mikrobia dapat dibedakan dalam temperature minimum, optimum dan
maksimum.Berdasarkan atas perbedaan temperature, pertumbuhannya dapat dibedakan
mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan thermofil. Untuk tujuan tertentu, suatu
mikrobia perlu ditentukan titik kematian termal dan waktu kematian
termal(Jutono, 1980).
Semua
makhluk hidup membutuhkan nutrient untuk pertumbuhan dan reproduksinya.
Nutrient merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen
seluler baru dan untuk menghasilkan energy yang dibutuhkan dalam proses-proses
kehidupan sel. Nutrisi merupakan indikasi dari kompleksitas fisiologis mikroba.
Umumnya diketahui nutrient dibutuhkan oleh mikroba secara langsung mencerminkan
kemampuan fisiologisnya.Sebagai contoh beberapa anggota genus lactobacillus membutuhkan
sejumlah asam amino, Vit. B dan nutrient lainnya(Hafsah, 2009).
Kebutuhan
mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
kebutuhan fisik dan kebutuhan kimia atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat
mencakup suhu, pH dan tekanan osmotic. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air,
sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-mineral dan factor penumbuh(Darkuni,
2001).
Dalam
pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta
kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk
juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Pengaruh factor ini akan memberikan dambaran yang memperlihatkan
peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberika gambaran pula
terhadap kurva pertumbuhannya(Tarigan, 2001).
CARA KERJA
1. Pengaruh
Suhu Lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba
a.
Disiapkan media biakan PDA untuk menumbuhkan Trichoderma
sp. dan Media NA untuk menumbuhkan Ralstonia sp.
b.
Diambil dengan menggunakan jamur enten satu bulatan
jamur trichoderma sp yang sudah disiapkan
c.
Ditaruh ke dalam media biakan PDA pada cawan petri yang
sudah disediakan secara aseptis
d.
Diinkubasi pada suhu 15oC dan 30oC
e.
Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. pada tabung reaksi yang berisi
biakan bakteri Ralstonia sp.
f.
Dibiakkan dengan cara sebaran dengan menggunakan
drigalski pada media NA yang telah
disiapkan secara aseptis di dekat nyala lampu Bunsen
g.
Diinkubasi pada suhu 15oC dan 30oC
h.
Diamati perbedaan pertumbuhan Trichodermasp. dan Ralstoniasp. pada suhu 15oC dan
suhu 30oC.
2. Perlakuan
dengan menggunakan Handsanitizer
a.
Disiapkan media pertumbuhan NA pada cawan petri.
b.
Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan
menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.
Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan
dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.
Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.
Dicelupkan ke dalam handsanitizer yang telah
disediakan, kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi.
Langkah ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.
Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.
Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah
ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.
Dilakukan
hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli
3. Perlakuan
dengan menggunakan Sabun Cair
a.
Disiapkan media pertumbuhan NA yang akan digunakan.
b.
Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan
menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.
Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan
dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.
Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.
Dicelupkan ke dalam sabun cair yang telah disediakan,
kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi. Langkah
ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.
Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.
Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah
ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.
Dilakukan
hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli.
4. Perlakuan
dengan menggunakan Betadin
a.
Disiapkan media pertumbuhan NA pada cawan petri.
b.
Diambil biakan bakteri Ralstonia sp. Dengan
menggunakan pipet mikro secara aseptis.
c.
Dimasukkan ke dalam media biakan yang telah disediakan
dan diratakan dengan menggunakan drigalski.
d.
Diambil kertas yang telah disediakan dengan pinset
e.
Dicelupkan ke dalam betadin yang telah disediakan,
kemudian ditaruh di dalam biakan bakteri yang telah disebarkan tadi. Langkah
ini dilakukan sebanyak dua kali.
f.
Diinkubasi pada ruangan inkubasi.
g.
Diamati zona hambatan yang terbentuk setelah
ditumbuhkan selama beberapa hari.
h.
Dilakukan
hal yang sama juga terhadap bakteri E.coli
HASIL PENGAMATAN
Tabel
Hasil Pengamatan Jamur Trichoderma sp. Dan bakteri Ralstonia sp.
No.
|
Mikroba
yang diamati
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Jamur
Trichoderma sp.
|
Ditumbuhkan
pada suhu 15oC
|
Tidak
terdapat pertumbuhan
|
|
|
Ditumbuhkan
pada suhu 30oC
|
Terjadi
pertumbuhan yang baik
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 7,8 cm dan Atas-bawah(B) = 9 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 7,8+9 / 2
=
8,4 cm
|
2.
|
Baakteri
Ralstonia sp.
|
Dengan
Handsanitizer
|
Tidak
ada zona hambatan yang terbentuk
|
|
|
Dengan
sabun cair
|
Terbentuk
zona hambatan
Zona
I :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,8 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,8 / 2
=
0,8 cm
Zona
II :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,8 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,8 / 2
=
0,8 cm
|
|
|
Dengan
Betadin
|
Terbentuk
zona hambatan
Zona
I :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,9 cm dan Atas-bawah(B) = 0,9 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,9+0,9 / 2
=
0,9 cm
|
Tabel
Hasil Pengamatan Jamur Fusarium sp. Dan Bakteri E. coli
No.
|
Mikroba
yang diamati
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Jamur
Fusarium sp.
|
Ditumbuhkan
pada suhu 15oC
|
Tidak
terdapat pertumbuhan
|
|
|
Ditumbuhkan
pada suhu 30oC
|
Terjadi
pertumbuhan yang baik
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 2,5 cm dan Atas-bawah(B) = 2,5 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 2,5+2,5 / 2
=
2,5 cm
|
2.
|
Baakteri
E. coli
|
Dengan
Handsanitizer
|
Terbentuk
zona hambatan
Zona
I :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,7 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,7+0,7 / 2
=
0,7 cm
Zona
II :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,6 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,6 / 2
=
0,7 cm
|
|
|
Dengan
sabun cair
|
Terbentuk
zona hambatan
Zona
I :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,7 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,7+0,7 / 2
=
0,7 cm
Zona
II :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 0,8 cm dan Atas-bawah(B) = 0,7 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 0,8+0,7 / 2
=
0,75 cm
|
|
|
Dengan
Betadin
|
Terbentuk
zona hambatan
Zona
I :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 1,8 cm dan Atas-bawah(B) = 1,8 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 1,8+1,8 / 2
=
1,8 cm
Zona
II :
Dengan
panjang,
Kiri-kanan(A)
= 1,4 cm dan Atas-bawah(B) = 1,6 cm
Sehingga
drata-rata = A+B / 2 = 1,4+1,6 / 2
=
1,5 cm
|
PEMBAHASAN
Tiap-tiap
makhluk hidup itu keselamatannya tergantung dari lingkungan tempat hidupnya.
Apabila lingkungan tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkannya, maka makhluk hidup
itu akan dapat hidup dengan baik. Begitu juga dengan mikroba, lingkungan yang
baik akan mendukung tumbuh-kembangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
lingkungan memiliki peran penting bagi pertumbuhan mikroba.Mikroba tidak bisa
memilih lingkungannya, sehingga mau tidak mau mikroba harus menyesuaikan diri
dengan tempat hidupnya.Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan
diri ialah dengan menyesuazikan diri (adaptasi) kepada pengaruhi factor-faktor
luar dan factor-faktor lingkungannya.
Factor-faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba baik bakteri maupun jamur.Diantara
factor-faktor tersebut yaitu temperature, kebahasan, nilai osmotic dari medium
dan radiasi sinar. Pada acara praktikum kali ini, factor-faktor yang diamati
adalah pengaruh suhu dan pengaruh beberapa zat kimia terhadap pertumbuhan Jamur
Trichodermasp.dan Fusariumsp.dan bakteri Ralstonia sp. dan E. coli.
Trichoderma
sp. merupakan salah satu dari jenis jamur yang berdasarkan cirri morfologi
yang dapat dilihat berwarna hijau.Perlakuan yang diberikan pada jamur ini
adalah ditumbuhkan selama beberapa hari pada suhu 15oC dan pada suhu
30oC.Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan pada
jamur yang ditumbuhkan beberapa hari, pada Trichoderma sp. yang
dibiakkan pada suhu 15oC, tidak terjadi pertumbuhan. Ini menandakan
bahwa pada suhu yang rendah Jamur Trichoderma sp. Tidak dapat tumbuh sama
sekali. Sedangkan Jamur Trichoderma sp. Yang ditumbuhkan pada suhu 30oC
dapat tumbuh dengan baik.Ini menandakan bahwa suhu optimum pertumbuhan Jamur Trichoderma
sp. adalah sekitar suhu 30oC.
Pada
praktikum ini, digunakan juga satu jenis bakteri yaitu Bakteri Ralstonia sp.
Ralstonia sp.yangdigunakan pada praktikum kali ini ditumbuhkan pada suhu
15oC dan suhu 30oC. berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, pada suhu 15oC tidak terjadi pertumbuhan. Sedangkan
pada suhu 30oC bakteri Ralstonia sp. dapat tumbuh dengan
baik.
Kemudian
diamati juga pertumbuhan Jamur Fusarium sp. pada suhu 15oC
dan suhu 30oC. didapatkan bahwa pada suhu 15oC, tidak
terdapat pertumbuhan pada Jamur Fusarium sp. Sedangkan pada suhu 30oC,
terdapat pertumbuhan dengan diameter rata-rata 2,5 cm. ini artinya bahwa Jamur Fusarium
sp. Tumbuh baik pada suhu sekitar 30oC.
Kemudian
untuk hasil pengamatan zona hambatan yang terbentuk pada pertumbuhan bakteri E.
coli , didapatkan bahwa zat-zat seperti handsanitizer, sabun cair, dan
betadin mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri E. coli.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pada pembahasan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa,
1. Faktor-faktor
lingkungan di sekeliling mikroba, akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
2. Factor-faktor
lingkungan tersebit antara lain; factor suhu, kelembapan, kebasahan dan nutrisi
yang tersedia dalam media biakan.
3. Perlakuan
lain seperti selain suhu adalah zat-zat seperti betadin, sabun cair dan
handsanitizer.
4. Factor
penghambat mikroba yang paling efektif dari ketiga bahan di atas adalah sabun
cair.
5. Mikroba
tidak dapat tumbuh pada suhu diluar suhu pertumbuhannya.
ACARA IX
MORFOLOGI BINTIL AKAR TANAMAN DAN SEL BAKTERIOID DALAM BINTIL AKAR DAN
MIKORIZA
Tujuan praktikum:
a. Untuk mengetahui morfologi bintil akar dan
morfologi bakterioid pada bintil akar beberapa tanaman leguminosa
b. Untuk mengidentifikasi akar terinfeksi
mikoriza
LANDASAN TEORI
Mutualisme
adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-masing yang
bersekutu mendapatkan keuntungan.jika terpisah masing-masing tidak atau kurang
dapat bertahan diri.lichenes itu suatu contoh simbiosis antara jamur dan
ganggang.hidup bersama ini membawa keuntungan kedua belah pihak.simbiosis
antara genus rhizobium dam leguminosae juga
merupakan simbiosis mutualisme.rhizobium mendapatkan tempat hidup di
leguminosae.sedangkan leguminosae mendapatkan persenyawaan N yang diberikan
oleh Rhizobium (Dwijoseputro,1998).
Fiksasi
nitrogen simbiotik dilakukan oleh bakteri Rhisobium
yang bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacaangan.sebelum bakteri ini dapat
menambat nitrogen,maka harus mapan dulu di dalam sel-sel jaringan akar tanaman inangnya.infeksi sistim perkakaran
berkaitan erat dengan rambut-rambut akar
tertentu oleh bakteri tersebut.bakteri penambat nitrogen ini masuk ke sel sel
tanaman inang melalui benang terinfeksi ini .beberapa sel-sel tanaman menjadi
terinfeksi diikuti dengan pembesaran sel serta laju pembelahan sel.ini akan
menghasilkan pembentukan nodul(bintil) pada sistim perakaran (Pelchzar dan
Chan,1988)
Kondisi
lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk
pekecambahan spora mikoriza.Dengan pula kondisi edafik yang dapat mendorong
pertumbuhan akar jugs sesuai untuk pertumbuhan hifa.jamur mikoriza mempenetrasi
epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim,selanjutnya tumbuh
menuju korteks(Anonymous,2012)
Bintil
akar adalah hasil simbiosis tanaman dari jenis leguminosa dengan rhizobium yang mampu melakukan penambatan N2 .bintil
akar terbentuk melalui serangkaian proses
yang diawali kolonisasi bakteri Rhizobium
pada rambut akar tanaman polong.koplonisasi
bakteri Rhizobium ini diduga
bias terjadi Karena sutu protein tanaman yang disebut lektin yang mungkin
berinteraksi dengan rhizobium(Waluyo,2010)
Proses
penambatan nitrogen pada bintil akar membutuhkan sumber electron dan proton,molekul ATP,kompleks
enzim nitrogenase,sumber electron dan proton berasal dari karbohidrat yang di
translokasikan dari daun kemudian di respirasikan oleh bakteri.Respirasi
karbohidrat dalam bakteroid menyebabkan reduksi NAD+ menjadi NADH
atau NADP+ menjadi NADPH (Uswatun,2004).
CARA KERJA
A. pengamatan
morfologi bintil akar secara mikroskopis
1.
Dibersihkan bintil akar dari tanah yang melekat dengan mencucinya
pada air yang mengalir
2.
Diamati dan di gambar,letak,cara peletakan,bentuk dan
ukuran bintil akar.
B. Pengamatan
Secara Mikroskopik
1.
Dibersihkan bintil akar dari tanah dengan air yang
mengalir
2.
Dilepaskan bintil akar dan disinfeksikan
3.
Dibilas bintil akar dengan air suling steril
4.
Dihancurkan bintil akar tersebut dengan ganggang jarum
preparat steri,pada gelas benda.
5.
Dilakukan
pengamatan mikroskopik terhadap morfologi bakteri masing-masing suspense
dengan melakukan pengecetan gram A,gram B,gram C dan gram D)
6.
Digambarkan bent uk morfologi bakteri bakterioid yang diamati dan diberikan
keterangan.
C. Pengamatan
Mikoriza
1.
Disiapkan mikoriza yang telah disolasi dari akar
tanaman
2.
Diambil mikoriza yang telah disiapkan dengan jarum
enten dan ditaruh diatas gelas benda
3.
Ditutup dengan penutup gelas benda
4.
Diamati di bawah mikroskop dan di gambar mikoriza yang
diamati
HASIL PENGAMATAN
Pengamatan mikroskopis
1.Akar Kacang Tunggak (Vigna sp)
Keterangan:
1.
Bintil akar
2.Batang
3.Akar primer
4.Akar skunder
4.Akar Putri Malu (Mimosa pudica)
Keterangan:
1. bintil akar
2. akar
primer
3.batang
4.akar sekunder
3.Akar Turi (Sesbania glandiflora)
Keterangan:
1.bintil akar
2.akar
primer
3.akar sekunder
Pengamtan mikroskopik dengan pengecatan gram
1. Bintil akar kacang tunggak
Keterangan:
§
Warna Rhizobium
merah,
§
Termasuk gram negatif
§
Perbesaran 10x 40
2. Bintil akar putri malu
Keterangan:
§
Warna merah
§
Termasuk gram negative
§
Perbesaran
10 x 40
3. Bintil akar turi
Keterangan:
§
Warna merah
§
Termasuk gram negative
§
Perbesaran
10 x 40
4.
Mikoriza
Keterangan:
§
Perbesaran
10 x 40
§
Berbentuk oval
§
Sudah masuk ke dalam sel akar inangnya
PEMBAHASAN
Rhizobium berasal dari dua kata
yaitu kata rhizo yang artinya akar dan
bios yang artinya hidup. Rhizobium
adalah bakteri yang bersifat aerob,koloninya berwarna putih dan berbentuk
sirkular , merupakan penambat nitrogen.Rhizobium hidup di dalam tanah dan bersimbiosis dengan akar legume.rhizobium cenderung
membentuk nodul pada suatu tanaman
legume saja.bakteri ini,bersifat simbiotik secara mutualisme dengan akar
tanaman artinya,keduanya mendapatkan keuntungan .apabila salah satunya tidak
ada maka keduanya akan tidak atau kurang dapat mempertahankan diri.bakteri
ini,hidup dengan menginfeksi akar tanaman legume dan bersimbiosis dengan
tanaman tersebut dan menambat unsure nitrogen.
Selanjutnya mikoriza adalah bentuk
asosiasi antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan
tertentu.struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan
dan saling menguntungkan.mikoriza memperoleh tempat hidup pada akr tanaman,dan
akar dari tanaman dapat memperluas jangkauan serapan unsur hara nya dengan
bantuan miselium dari mikoriza.unsur yang banyak diperoleh akar tanaman dari
mikoriza adalah unsure posfat.terdapat dua kelompok besar jamur mikoriza yaitu
ektomikoriza dan endomikoriza.yang banyak dikenal belakangan ini adalah
endomikoriza yang memiliki bentuk khas oval dan sistim pecabangan hifa sehingga
dikenal dengan nama vesikularbuskular miccorrhizae (VAM).
Pada praktikum yang
dilakukan,rhizobium yang diamati adalah rhizobium dari akar tanaman kacang
tunggak,putrid malu dan turi.berdasarkan hasil pengatan makroskopis,didapatkan
bahwa bintil akar yang di bentuk pada masing-masing tanaman memiliki ukuran dan
letak yang berbeda.pada tanaman turi,bintil akr yang dibentuk berukuran lebih
besar dan terletak pada akar primer tanaman tersebut.pada tanaman putrid
malu,ukuran bintil akar yang terletak pada akar primer dan akar
sekundernya serta terdapat bintil akar
yang bergerombol.kemudian pada kacang tunggak bentuk bintil akarnuya
bulat,berwarna putih,dan bergerombol yang terletak pada akar primer tanamanm.
Pada pengamatan secara
mikroskopik,didapatkan bahwa bakteroid dan rhizobium yang berfungsi menambat
nitrogen setelah dicat dengan pengecatan gram,bakteri ini berwarna merah dan
termasuk gram negatif.b entuknya seperti batang dan saling terikaat membentuk
seperti rantai.
Sedangkan pada pengamatan mikoriza
yang dilakukan,didapatkan bahwa mikoriza yang diamati sudah membentuk struktur
yang oval dan sudah berada di dalam sel dari akar tanaman yang
diinfeksinya.untuk mempermudah pada saat pengamatan, digunakan pula minyak
imersi.yang berfungsi untuk mengurangi pembiasan cahaya yang masuk ke lensa.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa,
1.
Rhizobium
bersimbiosis dengan akar tanaman dan membentuk bintil akar yang berfungsi
menambat nitrogen yang dibutuhkan akar tanaman.
2.
Rhizobium
pada akar tanaman berbentuk bulat dan biasanya berbentuk koloni pada akar
tanaman (primer) pada tanaman legum.
3.
Mikoriza membantu akar tanaman dengan memperluas
jangkauan peneyerapan hara bagi tanaman.
4.
Mikoriza dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
etmikoriza dan endomikariza.
5.
Yang banyak dikenal adalah dari jenis endomikoriza yang
biasa disebut VAM
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L.2004.Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan.
Bandung:Farmasi FMIPA ITB.
Anonym.1987.
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Mataram: Universitas Mataram.
Darkuni,
Noviar .2001. Mikrobiologi .Malang : JICA.
Dwijoseputro, 1985. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Godman,Arthur.
1991. Kamus Sains Bergambar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hadioetomo
dkk, 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek.. Jakarta: PT. Gramedia
Hafsah.2009.Mikrobiologi Umum.Makasar: Universitas
Islam Negri Alaudin
Hans,
G. S.1994.Mikrobiologi Umum.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Jutono.1980.Pedoman Praktikum
Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurindriyani, Asnani.2007.Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik.Kendari:Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan UNHALU.
Pelchzar,
M. dan E.C.S. Chan.2006.Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta:Penerbit Universitas
Indonesia
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi
Umum. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Stanier, Roger Y.1984.Dunia Mikrobe 2.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Suryowinoto, Moeso. 1993.Mikrobiologi Air. Bandung:Alumni
Sutedjo,
M.M.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan,
Jeneng.1988.Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Uswatun,B.2004.Panduan Mikrobiologi
.Yogyakarta;Absolute
Waluyo,Lud.2010.
Teknik Dan Metode Dasar Dalam
Mikrobiologi .Malang ; Upt
Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang .
Yohanes, 1979. Peristilahan Kimia dan Farmasi. . Bandung: ITB
.