BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam
tersebut salah satunya merupakan kekayaan alam Indonesia berupa tanaman
hortikultura dan palawija yang tumbuh subur di tanah-tanah Negara Indonesia.
Selain itu Indonesia juga merupakan salah satu negara anggota WTO (World Trade
Organization), yang telah menyepakati piagam berdirinya organisasi tersebut dan
diratifikasi melalui undang –undang no 7 tahun 1994. Impor Indonesia terhadap
hortikultura terutama buah – buahan meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China.
Seiring berkembangnya zaman dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan
hidup sehat, kebutuhan akan produk hortikultura dan palawija tersebut
terus meningkat guna mencukupi asupan gizi
serta nilai estetika yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Akan tetapi
produk-produk hortikultura khususnya buah-buahan dan sayur-sayuran serta produk
tanaman palawija lainnya kerap mengalami kemunduran kualitas produksi yang
disebabkan oleh beberapa faktor diamtaranya teknik penangan pra panen, panen,
dan pacsa panen serta adanya serangan hama penyakit. Selain itu, Terbukanya
perdagangan bebas internasional dari satu negara ke negara lain memungkinkan
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit akan terbawa dari satu negara ke
negara lain. Mengingat semakin maju, luas, dan cepatnya perdagangan serta
pengangkutan bahan – bahan tanaman, maka kemungkinan masuknya penyebab penyakit
terbawa dalam buah – buahan, sayur-sayuran, dan palawija impor yang masuk ke
Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti penyebab penyakit pasca panen pada
produk hortikultura dan palawija tersebut perlu dilakukannya identifikasi
penyakit sehingga dapat mentukan teknik pencegahan serta pengendalian penyakit
tersebut.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan praktikum ini adan untuk mengidentifiki penyakit serta penyebab penyakit
dan untuk mengetahui cara pencegahan penyebaran penyakit pascapanen buah,
sayuran dan palawija melalui kajian literature
BAB
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum
dilaksanakan pada Kamis, 31 Maret 2016
pukul 08.00-10.00 WITA, bertempat di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
2.2.
Alat dan Bahan
2.2.1.
Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam
kegiatan survey ini adalah alat tulis dan camera.
2.2.2.Bahan
Praktikum
Bahan yang digunakan adalah komoditi atau
produk hortikultura antara lain : Jeruk, Apel Hijau, Pisang, Pepaya, Apel
Merah, Lengkuas, Bawang Putih, Kentang, Selada, Wortel, Biji Komak, Kacang
Tanah, Beras dan Kacang Beras.
2.3.
Prosedur Kerja
Cara
kerja yang dilakukan adalah :
1.
Disiapkan alat yang digunakan ( kamera dan
alat tulis) serta ditentukan
produk hortikultura yang akan disurvei
2.
Diamati gejala penyakit dan penampakan
produk pascapanen
3.
Difoto dan dicatat penjelasannya.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Pengamatan
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen buah :
Foto
|
Nama Komersil
|
Latin Binomial
|
Penayakit Pasca Panen
|
Penyebab Penyakit
|
Pencegahan Penyakit
|
|
Jeruk
|
Citrus aurantium
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk,
Menguning dan Kering
|
Penicillium italicum
|
Hindari
kerusakan mekanis, celupkan buah kedalam air panas/fungisida benpmyl,
pelilinan buah, dan pemangkasan bagian bawah pohon
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Kapang
penicillium
|
|
|
|
Apel
Hijau
|
Pyrus malus
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering
|
Jamur
Penicillium expasum
|
Mencegah
terjadinya kontaminasi oleh Penicillium
expasum dengan menggunakan sanitasi lingkungan, sanitizer dan biosida
|
|
|
|
Nama
Penyakit : Embun Tepung atau Powdery
Mildew
|
|
|
|
Nektarine
|
Prunus persica nucipersica
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering dan kecoklatan
|
Physalospora
obtuse
|
Buah
yang terserang harus dibakar atau dibuang dan dapat dilakukan penyemprotan
dengan fungisida secara bertahap
|
|
|
|
Nama
Penyakit : busuk kering
|
|
|
|
Pisang
|
Musa paradisiaca
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Kulit
buah menghitam
|
Colletotrichum musae
|
Tanaman
pisang dibersihkan dari daun-daun mati dan bunga setelah pemanenan, buah
segera diangkut keruang pemeraman/gudang dan jaga kebersihan gudang.
Pencucian buah dilakukan dengan air mengalir dari sumber yang bersih dan
dapat juga dilakukan penyemprotan dengan fungisida
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Antraknosa
|
|
|
|
Pepaya
|
Carica papaya
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
basah dan menghitam
|
Colletrichum gloeosporiedes
|
Sanitasi
lahan, mengatur jarak tanam, tidak menanam tanaman pisang secara tumpangsari
dengan tanaman yang dapat menjadi inang C.
gloeosporiedes, dan pemetikan buah saat masih berwarna hijau (matang
awal) serta menghindari terjadinya pelukaan mekanik pada buah yang dipanen.
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Antraknosa
|
|
|
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen Sayuran :
Foto
|
Nama Komersil
|
Latin Binomial
|
Penayakit Pasca Panen
|
Penyebab Penyakit
|
Pencegahan Penyakit
|
|
Lengkuas
|
Alpinia galanga
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering
|
Fusarium
sp
|
Untuk mengendalikan jamur fusarium
gunakan Dimazeb 80 WP atau Dithane
M-45 80 WP dengan dosis 0,1-0,2%
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
kering Fusarium
|
|
|
|
Bawang
Putih
|
Allium sativum
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Kehitaman
dan bau busuk
|
Rhizoptonia
sp
|
Penyemprotan
dengan senyawa anti mikrobia selama pertumbuhan
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
rhizopus
|
|
|
|
Kentang
|
Solanum tuberosum
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
|
Fusarium
sp
|
Menghindari
pelukaan pada pemanenan, sanitasi gudang penyimpanan, pemeriksaan dilakukan
secara rutin terhadap kentang yang disimpan, kentang yang terserang dibuang
atau dimusnahkan, dan menyimpan kentang pada suhu yang rendah.
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
umbi Fusarium
|
|
|
|
Selada
|
Lactuca sativa
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
coklat berlendir
|
Rhizoctonia solani
|
Mengadakan
pergiliran tanam (rotasi), kebersihan lahan harus dijaga dan kelembaban lahan
harus dikurangi
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
Rhizoctonia
|
|
|
|
Wortel
|
Daucus carrota
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Membusuk
dibagian dalam buah
|
Erwinia carotovora
|
Saat
wortel masih muda disiram dengan larutan polydo 120 gr dicampur air sebanyak
100 L, dan menghindari pelukaan pada umbi wortel pada waktu pemanenan
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
basah
|
|
|
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen Palawija :
Foto
|
Nama
Komersil
|
Latin
Binomial
|
Penayakit
Pasca Panen
|
Penyebab
Penyakit
|
Pencegahan
Penyakit
|
|
Komak
|
Hibiscus lab-lab
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Kacang
Tanah
|
Arachis hypogaea
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Kacang
Beras
|
Vigna unguiculata
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Beras
|
Oryza sativa
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
|
|
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
3.2
Pembahasan
3.2.1.
Tanaman
Buah
Penyakit pada buah apel (Pyrus malus) biasa menyerang pada saat pasca panen yaitu embun
tepung atau powdery meldew merupakan penyakit yang disebabkan oleh Penicillium expansum. Jamur ini biasa
menyerang buah apel hijau setelah dipanen. Adapun cirri-ciri kenampakan visual
yang diakibatkan oleh jamur tersebut diantaranya yaitu buah apel busuk dan
kering. Untuk mencegah penyakit Embun tepung atau powdery meldew yaitu dengan
cara mencegah terjadinya kontaminasi oleh Penicillium
expansum dengan melakukan sanitasi lingkungan menggunakan sanitizer dan
biosida.
Berdasarkan
hasil pengamatan buah jeruk (Citrus
aurantium) memiliki ciri-ciri kenampakan visual berwarna kekuningan dan
mengalami busuk kering. Gejala tersebut disebabkan oleh Jamur Penicillium italicum. Spora jamur Penicillium italicum ini dipancarkan
melalui udara.infeksi dapat terjadi melalui luka-luka yang disebabkan oleh
teknik pemanenan yang tidak tepat, dan bisa juga melalui permukaan kulit yang
utuh. Kelenjar minyak juga dapat menjadi jalan infeksi. Adapun teknik
pencegahan penyakit kapang penicillium ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari kerusakan mekanis pada buah, celupkan buah kedalam air panas atau
fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Colletotrichum
musae merupakan salah satu penyakit yang meyerang tanaman
pisang (Musa paradisiaca) khususnya
pada buah pisang. Penyakit ini biasanya dikenal dengan penyakit antraknosa yang
memiliki gejala atau cirri-ciri kenampakan visual diantaranya yaitu kulit buah
menghitam. Adapun teknik pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
membersihkan tanaman pisang dari daun-daun mati dan sisa-sisa bunga setelah
pemanenan dan buah segera diangkut keruang pemeraman atau gudang penyimpanan
secara hati-hati untuk menghindari pelukaan mekanis pada buah pisang, tetap
memperhatikan kebersihan gudang serta pencucian buah dilakukan dengan air yang
mengalir dari sumber yang bersih. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan
menyemprotkan atau mencelupkan buah pisang kedalam cairan fungisida.
Pada
tanaman pepaya (Carica papaya)
terdapat beberapa penyakit yang menyerang buah pepaya pada waktu pasca panen
salah satunya yaitu penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporiedes. Adapun
ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh penyakit ini yaitu buah pisang
mengalami busuk basah dan kulit buah menghitam. Untuk mencegah penyakit
tersebut dapat dilakukan dengan cara sanitasi lahan, mengatur jarak tanam,
tidak menanam tanaman pisang secara tumpang sari dengan tanaman yang menjadi
inang Colletotrichum gloeosporiedes dan
tidak melukai buah saat pemanenan serta pemetikkan buah dilakukan saat masih
berwarna hijau (matang awal).
3.2.2. Tanaman Sayuran
Salah satu penyebab penyakit yang
menyerang lengkuas (Alpinia galangal)
pada waktu pasca panen yaitu jamur Fusarium
sp.. Penyakit yang ditimbulkan jamur tersebut dikenal dengan penyakit busuk
kering fusarium. Adapun ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh
penyakit tersebut yaitu lengkuas menjadi kering dan berwarna hitam. Untuk
mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80
WP dengan dosis 0,1-0,2%.
Bawang
putih (Allium sativum) memiliki
beberapa penyakit salah satunya yaitu busuk rhizopus yang disebabkan oleh
Rhizoptonia sp.. Adapun ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh
penyakit tersebut yaitu bawang putih berwarna kehitaman dan memiliki bau busuk.
Untuk mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan penyemprotan senyawa anti
mikrobia selama pertumbuhan.
Penyakit
busuk lunak/basah atau disebut juga soft rot yang sering menyerang kentang (Daucus carrota) disebabkan oleh bakteri Erwinia
caratovora. Adapun gejala atau cirri-ciri kenampakan visual yang disebabkan
oleh penyakit tersebut yaitu terjadinya pembusukan pada jaringan buah. Penyakit
ini memiliki tanaman inang yaitu sayuran dan bunga. Untuk mencegah penyakit ini
dapat dilakukan dengan cara menghindari pelukaan pada waktu pemanenan, sanitasi
gudang penyimpanan, pemeriksaan secara rutin terhadap wortel yang disimpan, wortel
yang terserang dibuang atau dimusnahkan serta menyimpan kentang pada suhu yang
rendah guna mencegah perkembangan jamur Fusarium
sp.. tersebut.
Busuk
basah pada kentang (Solanum tuberosum)
merupakan penyakit utama yang menimbulkan kekhawatiran petani karena dapat
menyebabkan gagal panen. Penyakit ini disebabkan jamur Phytophthora
infestans, dengan gejala bercak basah kecil berwarna cokelat tua di pangkal
daun muda dan warna umbi kentang menjadi cokelat karena jaringan di dalam mati.
Salah
satu penyakit pada sayuran selada (Lactuca
sativa) yaitu busuk rhizoctonia yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani dengan ciri-ciri kenampakan visual yaitu
terdapat busuk coklat berlendir pada sayuran selada. Adapun teknik untuk mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengadakan pergilaran tanam, melakukan sanitasi lahan, dan
kelembaban lahan harus dikurangi.
3.2.3.
Tanaman
Palawija
Kacang
komak (Hibiscus lab-lab), kacang tanah
(Arachis hypogaea), beras (Oryza sativa) dan kacang beras (Vigna unguiculata). Pada saat pengamatan
kemarin tidak terlihat atau terdapatnya serangan penyakit dan kerusakan pasca
panen sehingga hasil pserangan yang terdapat pada kelompok palawija tidah ada.
Akan tetapi ada beberapa hama penyakit yang membuat kerusakan pada hasil
produksi pada saat penyimpanan digudang dan sebagainya.
Sitopillus zeamays hama ini
merupakan perusak buah jagung pasca panen atau yang ada dalam
penyimpanan.Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat,maka jagung hasil
panen yang kita simpan itu akan rusak,yang akhirnya kualitas maupun
kuantitasjagung yang tersimpan akan menurun.Hal ini yang tidak kita kehendaki.
Lantas untuk
mengetahui apakah jagung yang tersimpan itu diserang serangga ini,sebenarnya
cukup mudah.Lihat saja pada biji jagungnya.Jika pada butir jagung tersebut ada
lubang-lubang kecil (2-2,5 mm) dan ditekan, butiran jagung itu patah atau
hancur,maka itu pertanda bahwa jagung itu sudah diserangnya.
Keadaan mudah
patah atau hancurnya jagung yang sudah disrang kumbang itu karena butiran
jagung sudah rapuh/kosong.Jika serangannya sudah kelewat parah dan wadah tempat
penyimpanannya digoyang,maka hama kumbang akan keluar dan bubuk jagung pun akan
beterbangan.
Adapun sosok
kumbang bubuk jagung ini berwarna hitam kecokelatan, bentuk silindris dengan
panjang sekitar 2,5-8 mm,kelapa meruncing berbentuk moncong dan antenanya
bersiku berbentuk gada.Pada sayapnya terdapat empat bercak
kemerah-merahan.Kalau kumbang disentuh,maka ia akan diam saja dan melipatkan
kaki,seolah-olah mati.
Lantas,bagaimana
caranya agar jagung yang kita simpan itu aman dari serangan hama Kumbang Bubuk
Jagung,paling tidak serangannya tidak menimbulkan kerugian yang besar?
Yakni simpanlah
jagung pada tempat yang bersih,tidak lembab,dan mempunyai sirkulasi udara yang
baik.Pada ventilasi,masuknya udara dalam gudang penyimpanan dipasang saringan
kawat (kassa) atau bahan lain, sehingga kumbang tersebut tidak dapat masuk ke
dalam gudang penyimpanan.
Kemudian wadah penyimpanan jagung jangan ditaruh langsung
pada lantai gudang.
Untuk itu,wadah
penyimpanan jagung tersebut di taruh di atas di atas batu/batu bata/bahan
lainnya,karena yang penting tidak bersentuhan langsung dengan lantai gudang
penyimpanan.Juga wadah penyimpanan jagung harus bersih.Selain itu,jagung yang
akan disimpan harus benar-benar sudah tua dan kering,serta tidak ada
tanda-tanda serangan hama kumbang bubuk jagung.
Namun,jika jagung yang kita simpan itu sudah nampak
adanya serangan hama Sitopillus zeamays, untuk
mengatasinya bisa dilakukan dengan cara fumigasi, misalnya dengan
Methyl Bromide (CH3Br) atau pakai Phospine. Cara penggunaan dan dosis/ dan
aturan pakainya bisa dibaca pada label pembungkusnya serta harus diperhatikan
dengan seksama.Sebab,jika salah dalam penggunaannya,tidak saja hama yang kita
berantas itu tidak mati,tapi kita akan membuang-buang waktu,tenaga dan
biaya,serta dapat membahayakan pemakainya.
BAB
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyakit
pasca panen yang banyak menyerang buah-buahan yaitu penyakit busuk kering dan
penyakit busuk basah yang disebabkan oleh patogen dan hama yang berbeda-beda
serta gejala yang ditunjukkan berbeda-beda pula.
2. Penyakit
pasca panen pada tanaman sayuran yaitu busuk kering yang meliputi rimpang
lengkuas dan kentang, sedangkan penyakit busuk basah meliputi bawang putih,
selada dan wortel.
3. Pada
tanaman palawija yang meliputi kacang tanah, kacang beras, beras, dan komak
tidah terdapat cirri-ciri kenampakan visual adanya penyakit yang menyerang
hasil produksi tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hama Kumbang Bubuk http://petaniberdasicom.blogspot.com/2009/10/hama-kumbang-bubuk-merusak-jagung-yang.html Diakses.pada.tanggal/01/04/2016
Anonim. 2013. Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Ratnawati.
2013. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia. UGM:
Yogyakarta
Rosmahania
et al. Edisi kedua.Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.Hal. 328
Semangun, H.
2007. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia.Edisi kedua.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Silawibowo 2010.Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Di dalam: Murtiningsih et al. Edisi kedua.Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.Hal.629-634.
Sitompul. 2003. Pasca panen. Edisi kedua.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam
tersebut salah satunya merupakan kekayaan alam Indonesia berupa tanaman
hortikultura dan palawija yang tumbuh subur di tanah-tanah Negara Indonesia.
Selain itu Indonesia juga merupakan salah satu negara anggota WTO (World Trade
Organization), yang telah menyepakati piagam berdirinya organisasi tersebut dan
diratifikasi melalui undang –undang no 7 tahun 1994. Impor Indonesia terhadap
hortikultura terutama buah – buahan meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China.
Seiring berkembangnya zaman dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan
hidup sehat, kebutuhan akan produk hortikultura dan palawija tersebut
terus meningkat guna mencukupi asupan gizi
serta nilai estetika yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Akan tetapi
produk-produk hortikultura khususnya buah-buahan dan sayur-sayuran serta produk
tanaman palawija lainnya kerap mengalami kemunduran kualitas produksi yang
disebabkan oleh beberapa faktor diamtaranya teknik penangan pra panen, panen,
dan pacsa panen serta adanya serangan hama penyakit. Selain itu, Terbukanya
perdagangan bebas internasional dari satu negara ke negara lain memungkinkan
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit akan terbawa dari satu negara ke
negara lain. Mengingat semakin maju, luas, dan cepatnya perdagangan serta
pengangkutan bahan – bahan tanaman, maka kemungkinan masuknya penyebab penyakit
terbawa dalam buah – buahan, sayur-sayuran, dan palawija impor yang masuk ke
Indonesia. Untuk mengetahui secara pasti penyebab penyakit pasca panen pada
produk hortikultura dan palawija tersebut perlu dilakukannya identifikasi
penyakit sehingga dapat mentukan teknik pencegahan serta pengendalian penyakit
tersebut.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan praktikum ini adan untuk mengidentifiki penyakit serta penyebab penyakit
dan untuk mengetahui cara pencegahan penyebaran penyakit pascapanen buah,
sayuran dan palawija melalui kajian literature
BAB
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.
Tempat dan Waktu
Praktikum
dilaksanakan pada Kamis, 31 Maret 2016
pukul 08.00-10.00 WITA, bertempat di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian
Universitas Mataram.
2.2.
Alat dan Bahan
2.2.1.
Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam
kegiatan survey ini adalah alat tulis dan camera.
2.2.2.Bahan
Praktikum
Bahan yang digunakan adalah komoditi atau
produk hortikultura antara lain : Jeruk, Apel Hijau, Pisang, Pepaya, Apel
Merah, Lengkuas, Bawang Putih, Kentang, Selada, Wortel, Biji Komak, Kacang
Tanah, Beras dan Kacang Beras.
2.3.
Prosedur Kerja
Cara
kerja yang dilakukan adalah :
1.
Disiapkan alat yang digunakan ( kamera dan
alat tulis) serta ditentukan
produk hortikultura yang akan disurvei
2.
Diamati gejala penyakit dan penampakan
produk pascapanen
3.
Difoto dan dicatat penjelasannya.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Pengamatan
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen buah :
Foto
|
Nama Komersil
|
Latin Binomial
|
Penayakit Pasca Panen
|
Penyebab Penyakit
|
Pencegahan Penyakit
|
|
Jeruk
|
Citrus aurantium
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk,
Menguning dan Kering
|
Penicillium italicum
|
Hindari
kerusakan mekanis, celupkan buah kedalam air panas/fungisida benpmyl,
pelilinan buah, dan pemangkasan bagian bawah pohon
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Kapang
penicillium
|
|
|
|
Apel
Hijau
|
Pyrus malus
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering
|
Jamur
Penicillium expasum
|
Mencegah
terjadinya kontaminasi oleh Penicillium
expasum dengan menggunakan sanitasi lingkungan, sanitizer dan biosida
|
|
|
|
Nama
Penyakit : Embun Tepung atau Powdery
Mildew
|
|
|
|
Nektarine
|
Prunus persica nucipersica
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering dan kecoklatan
|
Physalospora
obtuse
|
Buah
yang terserang harus dibakar atau dibuang dan dapat dilakukan penyemprotan
dengan fungisida secara bertahap
|
|
|
|
Nama
Penyakit : busuk kering
|
|
|
|
Pisang
|
Musa paradisiaca
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Kulit
buah menghitam
|
Colletotrichum musae
|
Tanaman
pisang dibersihkan dari daun-daun mati dan bunga setelah pemanenan, buah
segera diangkut keruang pemeraman/gudang dan jaga kebersihan gudang.
Pencucian buah dilakukan dengan air mengalir dari sumber yang bersih dan
dapat juga dilakukan penyemprotan dengan fungisida
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Antraknosa
|
|
|
|
Pepaya
|
Carica papaya
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
basah dan menghitam
|
Colletrichum gloeosporiedes
|
Sanitasi
lahan, mengatur jarak tanam, tidak menanam tanaman pisang secara tumpangsari
dengan tanaman yang dapat menjadi inang C.
gloeosporiedes, dan pemetikan buah saat masih berwarna hijau (matang
awal) serta menghindari terjadinya pelukaan mekanik pada buah yang dipanen.
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Antraknosa
|
|
|
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen Sayuran :
Foto
|
Nama Komersil
|
Latin Binomial
|
Penayakit Pasca Panen
|
Penyebab Penyakit
|
Pencegahan Penyakit
|
|
Lengkuas
|
Alpinia galanga
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
kering
|
Fusarium
sp
|
Untuk mengendalikan jamur fusarium
gunakan Dimazeb 80 WP atau Dithane
M-45 80 WP dengan dosis 0,1-0,2%
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
kering Fusarium
|
|
|
|
Bawang
Putih
|
Allium sativum
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Kehitaman
dan bau busuk
|
Rhizoptonia
sp
|
Penyemprotan
dengan senyawa anti mikrobia selama pertumbuhan
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
rhizopus
|
|
|
|
Kentang
|
Solanum tuberosum
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
|
Fusarium
sp
|
Menghindari
pelukaan pada pemanenan, sanitasi gudang penyimpanan, pemeriksaan dilakukan
secara rutin terhadap kentang yang disimpan, kentang yang terserang dibuang
atau dimusnahkan, dan menyimpan kentang pada suhu yang rendah.
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
umbi Fusarium
|
|
|
|
Selada
|
Lactuca sativa
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Busuk
coklat berlendir
|
Rhizoctonia solani
|
Mengadakan
pergiliran tanam (rotasi), kebersihan lahan harus dijaga dan kelembaban lahan
harus dikurangi
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
Rhizoctonia
|
|
|
|
Wortel
|
Daucus carrota
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
Membusuk
dibagian dalam buah
|
Erwinia carotovora
|
Saat
wortel masih muda disiram dengan larutan polydo 120 gr dicampur air sebanyak
100 L, dan menghindari pelukaan pada umbi wortel pada waktu pemanenan
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
Busuk
basah
|
|
|
Tabel
hasil identifikasi
penyakit pasca panen dan penyebab penyakit pasca panen Palawija :
Foto
|
Nama
Komersil
|
Latin
Binomial
|
Penayakit
Pasca Panen
|
Penyebab
Penyakit
|
Pencegahan
Penyakit
|
|
Komak
|
Hibiscus lab-lab
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Kacang
Tanah
|
Arachis hypogaea
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Kacang
Beras
|
Vigna unguiculata
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
-
|
-
|
-
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
|
Beras
|
Oryza sativa
|
Ciri-ciri
kenampakan visual:
|
|
|
|
|
|
Nama
Penyakit :
|
|
|
3.2
Pembahasan
3.2.1.
Tanaman
Buah
Penyakit pada buah apel (Pyrus malus) biasa menyerang pada saat pasca panen yaitu embun
tepung atau powdery meldew merupakan penyakit yang disebabkan oleh Penicillium expansum. Jamur ini biasa
menyerang buah apel hijau setelah dipanen. Adapun cirri-ciri kenampakan visual
yang diakibatkan oleh jamur tersebut diantaranya yaitu buah apel busuk dan
kering. Untuk mencegah penyakit Embun tepung atau powdery meldew yaitu dengan
cara mencegah terjadinya kontaminasi oleh Penicillium
expansum dengan melakukan sanitasi lingkungan menggunakan sanitizer dan
biosida.
Berdasarkan
hasil pengamatan buah jeruk (Citrus
aurantium) memiliki ciri-ciri kenampakan visual berwarna kekuningan dan
mengalami busuk kering. Gejala tersebut disebabkan oleh Jamur Penicillium italicum. Spora jamur Penicillium italicum ini dipancarkan
melalui udara.infeksi dapat terjadi melalui luka-luka yang disebabkan oleh
teknik pemanenan yang tidak tepat, dan bisa juga melalui permukaan kulit yang
utuh. Kelenjar minyak juga dapat menjadi jalan infeksi. Adapun teknik
pencegahan penyakit kapang penicillium ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari kerusakan mekanis pada buah, celupkan buah kedalam air panas atau
fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Colletotrichum
musae merupakan salah satu penyakit yang meyerang tanaman
pisang (Musa paradisiaca) khususnya
pada buah pisang. Penyakit ini biasanya dikenal dengan penyakit antraknosa yang
memiliki gejala atau cirri-ciri kenampakan visual diantaranya yaitu kulit buah
menghitam. Adapun teknik pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
membersihkan tanaman pisang dari daun-daun mati dan sisa-sisa bunga setelah
pemanenan dan buah segera diangkut keruang pemeraman atau gudang penyimpanan
secara hati-hati untuk menghindari pelukaan mekanis pada buah pisang, tetap
memperhatikan kebersihan gudang serta pencucian buah dilakukan dengan air yang
mengalir dari sumber yang bersih. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan
menyemprotkan atau mencelupkan buah pisang kedalam cairan fungisida.
Pada
tanaman pepaya (Carica papaya)
terdapat beberapa penyakit yang menyerang buah pepaya pada waktu pasca panen
salah satunya yaitu penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporiedes. Adapun
ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh penyakit ini yaitu buah pisang
mengalami busuk basah dan kulit buah menghitam. Untuk mencegah penyakit
tersebut dapat dilakukan dengan cara sanitasi lahan, mengatur jarak tanam,
tidak menanam tanaman pisang secara tumpang sari dengan tanaman yang menjadi
inang Colletotrichum gloeosporiedes dan
tidak melukai buah saat pemanenan serta pemetikkan buah dilakukan saat masih
berwarna hijau (matang awal).
3.2.2. Tanaman Sayuran
Salah satu penyebab penyakit yang
menyerang lengkuas (Alpinia galangal)
pada waktu pasca panen yaitu jamur Fusarium
sp.. Penyakit yang ditimbulkan jamur tersebut dikenal dengan penyakit busuk
kering fusarium. Adapun ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh
penyakit tersebut yaitu lengkuas menjadi kering dan berwarna hitam. Untuk
mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80
WP dengan dosis 0,1-0,2%.
Bawang
putih (Allium sativum) memiliki
beberapa penyakit salah satunya yaitu busuk rhizopus yang disebabkan oleh
Rhizoptonia sp.. Adapun ciri-ciri kenampakan visual yang disebabkan oleh
penyakit tersebut yaitu bawang putih berwarna kehitaman dan memiliki bau busuk.
Untuk mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan penyemprotan senyawa anti
mikrobia selama pertumbuhan.
Penyakit
busuk lunak/basah atau disebut juga soft rot yang sering menyerang kentang (Daucus carrota) disebabkan oleh bakteri Erwinia
caratovora. Adapun gejala atau cirri-ciri kenampakan visual yang disebabkan
oleh penyakit tersebut yaitu terjadinya pembusukan pada jaringan buah. Penyakit
ini memiliki tanaman inang yaitu sayuran dan bunga. Untuk mencegah penyakit ini
dapat dilakukan dengan cara menghindari pelukaan pada waktu pemanenan, sanitasi
gudang penyimpanan, pemeriksaan secara rutin terhadap wortel yang disimpan, wortel
yang terserang dibuang atau dimusnahkan serta menyimpan kentang pada suhu yang
rendah guna mencegah perkembangan jamur Fusarium
sp.. tersebut.
Busuk
basah pada kentang (Solanum tuberosum)
merupakan penyakit utama yang menimbulkan kekhawatiran petani karena dapat
menyebabkan gagal panen. Penyakit ini disebabkan jamur Phytophthora
infestans, dengan gejala bercak basah kecil berwarna cokelat tua di pangkal
daun muda dan warna umbi kentang menjadi cokelat karena jaringan di dalam mati.
Salah
satu penyakit pada sayuran selada (Lactuca
sativa) yaitu busuk rhizoctonia yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani dengan ciri-ciri kenampakan visual yaitu
terdapat busuk coklat berlendir pada sayuran selada. Adapun teknik untuk mencegah penyakit tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengadakan pergilaran tanam, melakukan sanitasi lahan, dan
kelembaban lahan harus dikurangi.
3.2.3.
Tanaman
Palawija
Kacang
komak (Hibiscus lab-lab), kacang tanah
(Arachis hypogaea), beras (Oryza sativa) dan kacang beras (Vigna unguiculata). Pada saat pengamatan
kemarin tidak terlihat atau terdapatnya serangan penyakit dan kerusakan pasca
panen sehingga hasil pserangan yang terdapat pada kelompok palawija tidah ada.
Akan tetapi ada beberapa hama penyakit yang membuat kerusakan pada hasil
produksi pada saat penyimpanan digudang dan sebagainya.
Sitopillus zeamays hama ini
merupakan perusak buah jagung pasca panen atau yang ada dalam
penyimpanan.Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat,maka jagung hasil
panen yang kita simpan itu akan rusak,yang akhirnya kualitas maupun
kuantitasjagung yang tersimpan akan menurun.Hal ini yang tidak kita kehendaki.
Lantas untuk
mengetahui apakah jagung yang tersimpan itu diserang serangga ini,sebenarnya
cukup mudah.Lihat saja pada biji jagungnya.Jika pada butir jagung tersebut ada
lubang-lubang kecil (2-2,5 mm) dan ditekan, butiran jagung itu patah atau
hancur,maka itu pertanda bahwa jagung itu sudah diserangnya.
Keadaan mudah
patah atau hancurnya jagung yang sudah disrang kumbang itu karena butiran
jagung sudah rapuh/kosong.Jika serangannya sudah kelewat parah dan wadah tempat
penyimpanannya digoyang,maka hama kumbang akan keluar dan bubuk jagung pun akan
beterbangan.
Adapun sosok
kumbang bubuk jagung ini berwarna hitam kecokelatan, bentuk silindris dengan
panjang sekitar 2,5-8 mm,kelapa meruncing berbentuk moncong dan antenanya
bersiku berbentuk gada.Pada sayapnya terdapat empat bercak
kemerah-merahan.Kalau kumbang disentuh,maka ia akan diam saja dan melipatkan
kaki,seolah-olah mati.
Lantas,bagaimana
caranya agar jagung yang kita simpan itu aman dari serangan hama Kumbang Bubuk
Jagung,paling tidak serangannya tidak menimbulkan kerugian yang besar?
Yakni simpanlah
jagung pada tempat yang bersih,tidak lembab,dan mempunyai sirkulasi udara yang
baik.Pada ventilasi,masuknya udara dalam gudang penyimpanan dipasang saringan
kawat (kassa) atau bahan lain, sehingga kumbang tersebut tidak dapat masuk ke
dalam gudang penyimpanan.
Kemudian wadah penyimpanan jagung jangan ditaruh langsung
pada lantai gudang.
Untuk itu,wadah
penyimpanan jagung tersebut di taruh di atas di atas batu/batu bata/bahan
lainnya,karena yang penting tidak bersentuhan langsung dengan lantai gudang
penyimpanan.Juga wadah penyimpanan jagung harus bersih.Selain itu,jagung yang
akan disimpan harus benar-benar sudah tua dan kering,serta tidak ada
tanda-tanda serangan hama kumbang bubuk jagung.
Namun,jika jagung yang kita simpan itu sudah nampak
adanya serangan hama Sitopillus zeamays, untuk
mengatasinya bisa dilakukan dengan cara fumigasi, misalnya dengan
Methyl Bromide (CH3Br) atau pakai Phospine. Cara penggunaan dan dosis/ dan
aturan pakainya bisa dibaca pada label pembungkusnya serta harus diperhatikan
dengan seksama.Sebab,jika salah dalam penggunaannya,tidak saja hama yang kita
berantas itu tidak mati,tapi kita akan membuang-buang waktu,tenaga dan
biaya,serta dapat membahayakan pemakainya.
BAB
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyakit
pasca panen yang banyak menyerang buah-buahan yaitu penyakit busuk kering dan
penyakit busuk basah yang disebabkan oleh patogen dan hama yang berbeda-beda
serta gejala yang ditunjukkan berbeda-beda pula.
2. Penyakit
pasca panen pada tanaman sayuran yaitu busuk kering yang meliputi rimpang
lengkuas dan kentang, sedangkan penyakit busuk basah meliputi bawang putih,
selada dan wortel.
3. Pada
tanaman palawija yang meliputi kacang tanah, kacang beras, beras, dan komak
tidah terdapat cirri-ciri kenampakan visual adanya penyakit yang menyerang
hasil produksi tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hama Kumbang Bubuk http://petaniberdasicom.blogspot.com/2009/10/hama-kumbang-bubuk-merusak-jagung-yang.html Diakses.pada.tanggal/01/04/2016
Anonim. 2013. Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Ratnawati.
2013. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia. UGM:
Yogyakarta
Rosmahania
et al. Edisi kedua.Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.Hal. 328
Semangun, H.
2007. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia.Edisi kedua.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Silawibowo 2010.Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Di dalam: Murtiningsih et al. Edisi kedua.Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.Hal.629-634.
Sitompul. 2003. Pasca panen. Edisi kedua.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar